About

Saturday 3 November 2018

Cooperatif Learning

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Cooperatif Learning Cooperatif Learning berasal dari kata Cooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (1955) mengemukakan bahwa cooperatif learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Anita Lie (2000) menyebut kooperatif learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperatif learning hanya berjalan jika sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu sistem yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6 orang. Cooperatif Learning merupakan strategi pembelajaran kelompok yang dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik, sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain. Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa cooperatif learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokan dengan latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen) dan satu sama lain saling membantu. Kemudian sistem penilaian dilakukan dengan dua cara, yakni individu dan kelompok. Penilaian individu dilihat dari konstribusinya dalam tugas kelompok, sedangkan tugas kelompok dilihat dari kekompakan tim dan hasil atau unjuk kerja. Nilai akhir atau nilai final adalah gabungan dari keduanya. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif, ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Menurut Wina Sanjaya (2007), strategi ini mendorong setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan konstribusi demi keberhasilan kelompok. Pembelajaran Kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran kooperatif, siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota untuk belajar. B. Tujuan dalam Pembelajaran Cooperatif Learning Pelaksanaan pembelajaran cooperatif learning membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Cooperatif learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan cooperatif learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara kelompok. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperatif learning sebagaimana dikemukakan Slavin yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya: 1. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. 2. Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai perbedaan latar belakang. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling mengahargai satu sama lain. 3. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat dan bekerja dalam kelompok . Keterampilan ini akan dirasakan manfaatnya saat siswa terjun langsung ke masyarakat kelak. Keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapakan oleh Lundgren terdiri dari 3 bentuk: a. Keterampilan kooperatif tingkat awal Keterampilan tingkat awal ini meliputi: Menggunakan kesempatan, menghargai konstribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, mengundang orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya dan menghormati perbedaan individu. b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah Keterampilan ini meliputi: menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan,mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab dan mengurangi ketegangan c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir Keterampilan ini meliputi: mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menyatakan kebenaran, menetapkan tujuan dan berkompromi. C. Ciri-Ciri Pembelajaran Cooperatif Learning 1. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar. 2. Kelompok di bentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang dan rendah. 3. Apabila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda. 4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu. Pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis. D. Strategi Pembelajaran Cooperatif Learning Stategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat 4 hal penting dalam strategi pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu: 1. Adanya peserta didik dalam kelompok 2. Adanya aturan main 3. Adanya upaya belajar dalam kelompok 4. Tatap muka 5. Evaluasi proses kelompok Nurul Hayati mengemukakan lima unsur dasar model cooperatif learning: 1. Ketergantungan positif 2. Pertanggungjawaban individual 3. Kemampuan bersosialisasi 4. Tatap muka 5. Evaluasi proses kelompok Ketergantungan positif adalah suatu bentuk kerja sama yang sangat erat kaitannya antara anggota kelompok. Kerja sama ini dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Siswa benar-benar mengerti bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan anggotanya. Pertanggungjawaban individu terhadap kelompok tergantung dengan cara belajar perseorangan dari seluruh anggota kelompok dalam menjelaskan konsep pada satu orang. Kemampuan sosialisasi adalah kemampuan bekerjasama yang dilakukan dalam kelompok. Kelompok tidak akan berjalan efektif apabila setiap anggota kelompok tidak memiliki kemampuan bersosialisasi yang dibutuhkan. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Dan guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar bisa bekerjasama lebih efektif lagi. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama atau tahapan. Sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut: Fase Indikator Kegiatan Guru 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut, dan memotivasi siswa untuk belajar 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan, atau melalui bahan bacaan 3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari, atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok E. Model-Model Pembelajaran Cooperatif Learning Dalam cooperatif learning terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, yaitu: 1. Student Team Achivement Division (STAD) Tipe ini dikembangkan slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantaranya siswa untuk saling memotivasi dan saling membatu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi: a. Tahap penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari b. Tahap kerja kelompok, pada tahap ini siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan di pelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua kelompok memahami materi yang di bahas. c. Tahap tes individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas. d. Tahap penghitungan skor perkembangan individu, dihitung berdasarkan skor awal. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang di perolorehnya. e. Tahap pemberian perhargaan kelompok yaitu perhargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok sehat, dan kelompok super. 2. Jigsaw Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kemudian diadaptasi oleh Slavin. Pebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam kerja kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen. Bahan ajar diberikan dalam bentuk teks dan setiap anggota tim bertanggung jawab untuk mempelajari bagiannya masing-masing. Langkah-langkah model jigsaw yaitu, menyampaikan tujuan belajar, menyajikan informasi kepada siswa, membantu siswa dalam belajar kelompok, mengetes penugasan kelompok, dan pemberian penghargaan. 3. Investigasi Kelompok Metode investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit diterapkan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Thelan. Dalam metode ini, siswa terlibat dalam perencanaan pembelajaran. Jika dibandingkan metode STAD dan Jigsaw, metode Investigasi kelompok melibatkan siswa sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi. Sharan (1984) telah menetapkan 6 tahap investigasi kelompok: a. Pemiihan topik Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah di dalam suatu masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi 2 sampai 6 anggota kelompok b. Perencanaan kooperatif Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama. c. Implementasi Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan mengarahkan siswa kepada sumber belajar. d. Analisis dan sintesis Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ke tiga, dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan. e. Presentasi hasil final Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikan dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain ikut terlibat dalam pekerjaan mereka. f. Evaluasi Siswa dan guru mengevaluasi tiap konstribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dilakukan dengan penilaian individual maupun kelompok. 4. Struktural Pendekatan ini dikemukakan oleh Spencer Kagen, meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Dua macam struktur yang terkenal yaitu: a. Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Tahap pertama Thinking, yaitu guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara madiri untuk beberapa saat. Selanjutnya, Pairing yaitu guru meminta siswa agar berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat berbagi jawaban tentang sebuah persoalan. Dan tahap terakhir sharing, yaitu guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan b. Numberel Heads Together (NHT) NHT adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam pelajaran, dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Learning Pentingnya cooperatif learning diterapkan dalam situasi pembelajaran di kelas karena metode ini memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: a. Jika dilihat dari aspek siswa, keunggulan adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan kelompok. b. Siswa dapat meraih keberhasilan dalam belajar, melatih siswa untuk memiliki keterampilan berpikir (thingking skill) maupun keterampilan sosial (social skill) seperti keterampilan mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa setia kawan dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang di dalam kelas, dan siswa dapat memperoleh pengetahuan, kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan, serta berbuat dan berpartisipasi sosial. c. Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar karena di dorong dan didukung oleh rekan sebaya d. Siswa menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Sedangkan kekurangan dari pembelajaran kooperatif learning berasal dari dua faktor: a. Faktor dari dalam (intern) 1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu proses pembelajaran kooperatif memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. 2. Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. 3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas. Dengan demikian, banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 4. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang. Hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. b. Faktor dari luar (ekstern) Faktor ini erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah, yaitu pada kurikulum pembelajaran bahasa perancis. Selain itu, pelaksanaan tes yang terpusat, seperti UN atau UASBN sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung dipersiapkan untuk keberhasilan UN atau UASBN. Banyak para pengajar masih enggan menerapkan pembelajaran cooperatif learning dengan berbagai alasan. Alasan utamanya adalah adanya kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam kelompok. Selain itu, bagi beberapa siswa, terutama siswa yang pandai atau rajin, belajar kelompok akan merugikan mereka. Mereka merasa temannya yang kurang pandai atau pemalas akan menumpang jerih payahnya. Sebaliknya, bagi siswa yang kurang pandai akan merasa rendah diri ditempatkan satu kelompok dengan temannya yang pandai. Selanjutnya, kekurangan dari pihak guru adalah banyak dari pengajar hanya membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok dan memberi tugas untuk diselesaikan tanpa ada pedoma mengenai pembagian tugas. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Cooperatif Learning berasal dari kata Cooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif dalam sebuah pembelajaran karena untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan latar belakang yang berbeda. Sedangkan ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif diantaranya: Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar, Kelompok di bentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang dan rendah, Apabila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif yaitu guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi, membentuk kelompok, membimbing, evaluasi dan memberikan penghargaan. Model-model dalam pembelajaran cooperative learning meliputi: Student Team Achivement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi Kelompok dan struktural. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif adalah siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Kelemahan dari pembelajaran kooperatif berasal dari dua faktor, yaitu faktor intern dan ekstern. B. Saran Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekhilafan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan supaya kedepannya bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Kami segenap penulis mengucapkan terimakasih

0 comments:

Post a Comment

Metode Dakwah

Daftar Isi KATA PENGANTAR 1 BAB I 3 PENDAHULUAN 3 A. Latar Belakang Masalah 3 B. Pembatasan Masalah 3 C. Rumusan Masalah 4 D. Tujuan Penulis...