About

Saturday 3 November 2018

Problem Based Learning

PEMBAHASAN 1. Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) A. Pengertian Problem Based Learning (Pembelajran Berbasis Masalah) Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran, yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student centered. Didalam PBL, dikenal adanya conceptual fog yang bersifat umum, mencakup kombinasi antara metode pendidikan dan filosofi kurikulum. Pada aspek filosofi, PBL dipusatkan pada siswa yang dihadapkan pada suatu masalah. Sementara pada subject based learning guru menyampaikan pengetahuannya kepada siswa sebelum menggunakan masalah untuk memberi ilustrasi pengetahuan tadi. Pembelajaran dengan PBL memberikan kesempatan kepada siswa mempelajari materi akademis dan keterampilan mengatasi masalah dengan terlibat di berbagai situasi kehidupan nyata. Ini memberikan makna bahwa sebagian besar konsep atau generalisasi dapat diperkenalkan dengan efektif melalui pemberian masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pembelajaran proses berfikir tingkat tinggi. Oleh karena itu, model pembelajaran ini harus juga disesuaikan dengan tingkat struktur kognitif siswa. Pada dasarnya, PBL dikembangkan untuk membanu siswa guna memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. Pada umumnya, PBL dipahami sebagai suatu strategi intruksional, yang mana siswa mengidentifikasi pokok bahasan yang terdapat di dalam masalah yang spesifik. Pokok bahasan tersebut menbantu dan mendorong siswa untuk mengembangkan pemahaman tentang berbagai konsep yang mendasari masalah tadi serta prinsip pengetahuan lainnya yang relevan. Fokus bahasan biasanya berupa masalah (tertulis) yang meliputi fenomena yang memerlukan penjelasan. Kegiatan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru melalui pembahasan masalah tadi dikenal sebagai problem first learning. Di dalam PBL, guru tidak lagi berdiri di depan kelas sebagai ahli dan satu-satunya sumber yang siap untuk memberikan pelajaran. Guru dalam kelas PBL berfungsi sebagai fasilitator yang kadang disebut tutor karena proses diskusi kelompok disebut tutorial. Peran dan tanggung jawab tutor dalam PBL sangat beragam. Di dalam PBL, tutor memberi fasilitas dan mengaktifkan kelompok untuk memastikan bahwa siswa mencapai kemajuan secara bermakna melalui pembahasan masalah yang tersaji. Pembelajaran dengan pendekatan masalah (PBL) ini sejalan dengan teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt, bahwa manusia adalah organisme yang aktif berusaha mencapai tujuan. Menurut aliran ini seorang belajar jika ia mendapat insight. Insight tersenut diperoleh bila ia melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam sebuah situasi sehingga hubungannya menjadi jelas baginya dan dengan demikian memecahkan masalah. Sementara itu timbulnya insight tergantung pada kesanggupan, kematangan, dan intelegensi individu; pengalaman, sifat atau taraf kompleksitas situasi, latihan dan trial and error. Dengan demikian, dalam belajar manusia beraksi terhadap lingkungan secara keseluruhan tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial, dan sebagainya. Pembelajaran juga merupakan proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Selanjutnya, pembelajaran hanya berhasil bila tercapai kematangan insight. PBL mengandung pembelajaran kolaboratif dan kooperatif. Pembelajaran kolaboratif pada hakikatnya merupakan pengalaman filosofis pribadi. Di dalam diskusi, tiap-tiap individu berperan aktif, saling memberi kontribusi, saling menerima pendapat kawan dengan prasangka baik, saling menghargai kemampuan orang lain. Dalam pembelajaran kelompok (kooperatif), kelompok yang efektif akan menghasilkan pengetahuan baru dengan mutu yang lebih baik, kontektual dan relevan bila dibandingkan dengan pembelajaran individual. Pernyatan-pernyataan mengindikasikan bahwa PBL merupakan salah satu model pembelajaran. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan berikut unlike conventional, PBL take an integrated approach to learning based on the requirements of the problem as perceived by the learners. Makna yang tersirat dalam pernyataan diata kurang lebih sebagai berikut, tidak seperti belajaer secara konvensional, PBL menggnakan terintegrasi dalam belajar yang mensyaratkan adanya masalah yang dapat dirasakan oleh pembelajar. B. Ciri-Ciri Khusus Pembelajaran Berdasarkan Masalah Menurut Arends model PBL memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Pengajuan Pertanyaan atau Masalah Bukannya mengorganisaikan di sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengjaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secra sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. 2. Berfokus pada Keterkaitan Antardisiplin Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah yang aka diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah dari banyak mata pelajaran. 3. Penyelidikan Auntentik Pembelajaran berdasarkan masalah mengaharuskan siswa melakukan penyelidikan anutentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. 4. Menghasilkan Produk dan Memamerkannya Pembelajaran berdasrkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tetentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. 5. Kolaborasi Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja satu dengan yang lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. C. Langkah-Langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada 8 tahapan, antara lain. 1. Mengidentifikasi masalah 2. Mengumpulkan data 3. Menganalisis data 4. Memecahkan masalah berdasarkan data yang ada dan analisisnya 5. Memilih cara untuk memecahkan masalah 6. Merencanakan penerapan pemecahan masalah 7. Melakukan uji coba terhadap rencana yang ditetapkan 8. Melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah. D. Nilai-Nilai Karakter dalam Problem Based Learning 1. Tanggung Jawab Mengingat asumsi dasar dibangunnya problem based learning adalah menyelesaikan masalah, sedangkan orang yang mempunyai komitmen tinggi untuk menyelesaikan masalah adalah orang yang bertanggung jawab, maka nilai karakter inti dalam problem based learning adalah tanggung jawab. Orang yang mempunyai jiwa tanggung jawab tinggi adalah orang yang mempunyai kepekaan masalah yang tinggi, sehingga ia mempunyai panggilan jiwa untuk menyelesaikannya. 2. Kerja Keras Untuk dapat menyelesaikan masalah, diperlukan kerja keras yang luar biasa. Terlebih lagi penyelesaian masalah secara baik dan elegan, tentunya membutuhkan energi ekstra, baik secara emosional maupun intelektual untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, strategi pembelajaran problem based learning ini secara alamiah menanamkan nilai karakter berupa kerja keras. 3. Toleransi dan Demokratis Penyelesaian masalah yang dikehendaki dalam strategi pembelajaran problem based learning adalah penyelesaian masalah yang bersifat terbuka, dapat ditoleransi dan bersifat demokratis. Artinya, tidak ada penyelesaian masalah yang bersifat tunggal dan paling benar atau paling baik. Bahkan guru juga tidak boleh menentukan cara penyelesaian tersendiri, sehingga peserta didik mempunyai hak otonomi secara penuh untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. 4. Mandiri Setiap peserta didik mempunyai permasalahan yang berbeda-beda seinga memerlukan cara pemecahan yang berbeda pula. Bahkan jika masalahnya sama, setiap peserta didik masih tetap boleh menyelesaikannya dengan cara yang berbeda pula. Artinya, peseta didik harus bersikap mandiri dalam menyelesaikan masalahnya sendiri, khususnya masalah yang bersifat intrapersonal, seperti mengusi rasa malas, memotivasi diri, mengerjakan tugas individu,dan sebagainya. 5. Kepedulian Lingkungan dan Sosial Keagamaan Selain setiap peserta didik menghadapi masalah-masalah individu yang berbeda-beda, tidak menutup kemungkinan ia juga menghadapi masalah-masalah sosial keagamaan di lingkungan sekolahnya. Dalam hal ini, penyelesaian atas masalah tersebut tidak boleh lagi dihadapi secara mandiri, tetapi harus berkelompok atau bekerja sama denganteman sejawatnya, termasuk dalam hal ini adalah melibatkan kepala sekolah, osi, guru bimbingan dan konseling serta guru agama. 6. Semangat Kebangsaan dan Cinta Tanh Air Topik-topik pembelajaran dari semua mata pelajaran sering kali membahas tema-tema besar kebangsaan. Konsekuensinya, guru harus menyajikan masalah-masalah kenegaraan atau kebangsaan, seperti dekadensi moral bangsa, korupsi, krisis ekonomi, dan sebagainya. Upaya menyelesaikan persoalan-persoalan ini dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme. Peserta didik yang memounyai karakter seperti ini tidak akan mudah tergiur oleh gaji bekerja di luar negeri walaupun nilainya 100 kali lipat lebih besar dari pada bekerja di negeri sendiri. Ia lebih memilih bekerja membangun negeri sendiri walaupun dengan gaji yang pas-pasan. Semangat kebagsaan, cinta tanah air dan jiwa nasionalisme ini perlu ditanamkan dalam jiwa peserta didik agar tidak pergi ke luar negeri (membangun negeri orang lain) setelah menjadi cerdas nanti. E. Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Berdasarkan karakter tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki bertujuan: 1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah. 2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik 3. Menjadi pembelajar yang mandiri. a. Keterampilan Berpikir dan Keterampilan Pemecahan Masalah kamental seperti penalaran. Tetapi berfikir juga diartikan sebagai kemampuan untuk menganalisis, mengkritik dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang seksama. PBL memberikan dorongan kepada pesrta didik untuk tidak hanya sekedar berfikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain PBL melatih kepada peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinngi. b. Belajar Peranan Orang Dewasa yang Autentik Model pembelajaran berdasrkan masalah amat penting untuk menjembatani gap antara pembelajaran di sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. c. Menjadi Pembelajar yang Mandiri PBL membantu siswa menjadi pembelajaran yang mandiri dan otonom. F. Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Menurut Sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran, objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya. G. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berdasarkan Masalah 1. Keunggulan Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun preoses belajarnya. f. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. g. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. h. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. i. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. j. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya) pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekadar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. 2. Kelemahan Di samping keunggulan, SPBM juga memiliki kelemahan di antaranya: a. Manakala siswa tidak memiliki minat tinggi atau tidak mempunyai kepercayaan diri bahwa dirinya mampu menyelesikan masalah yang dipelajari, maka mereka cenderung enggan untuk mencoba karena takut salah. b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem based learning membutuhkan waktu yang lebih lama atau panjang. Itu pun belum cukup, karena sering kali peserta didik masih memerlukan waktu tambahan untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan. Padahal, waktu pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum yang ada c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari. Artinya, perlu dijelaskan manfaat menyelesaikan masalah yang dibahas pada peserta didik. H. Pembelajaran Berbasis Masalah Struktur pembelajaran biasanya digambarkan dalam sebuah bentuk formulasi berikut: 1. Menemukan masalah > Analisi masalah > Penemuan dan Pelaporan > Integrasi dan Evaluasi 2. Menemuka masalah > Inquiry masalah > Mengankat Isu Belajar > Penemuan dan Peer Teaching > Menyajikan Solusi > Review 3. Menemukan Masalah > Analisis > Penelitian dan Kerja Lapangan > Pelaporan dan Perr Teaching > Menyajikan Temuan > Refleksi dan Evaluasi. 2. Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek) A. Pengertian Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek) pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk me ngelola pembelajaran di kelas dengan kerja proyek. Melalui pembelajaran berbasis proyek, proses Inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai materi dalam kurikulum pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta ddidik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. Pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi usaha peserta didik. Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali materi dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya serta melakukan eksperimen secra kolaboratif. “ kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleksberdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri. Tujuannya adalah agar siswa mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya. B. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang inovatif dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatn-kegiatan yang kompleks. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Sedangkan menurut Back Institute for Education belajar berbasis proyek memiliki karakteristik berikut: a. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya c. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan e. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu f. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan g. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya h. Kelas memiliki atmosfir yanng memberi toleransi kesalahan dan perubahan. C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek Sebagai sebuah model pembelajaran, pembelajaran berbasis proyek mempunyai berbagi prinsip, yaitu: 1. Prinsip Sentralistis Prinsip ini menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. 2. Prinsip Pertanyaan Pendorong Prinsip ini menegaskan bahwa kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. 3. Prinsip investigasi konstuktif Prinsip investigasi konstruktif merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inquiry, pembangunan konsep dan resolusi. 4. Prinsip Otonomi Prinsip otonomi dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi dan bertanggung jawab. 5. Prinsip Realistis Prinsip realistis berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti di sekolah. D. Pedoman Pembimbingan Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam membimbing siswa dalam pembelajaran berbasis proyek ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pijakan tindakan. Adapun pedoman pembimbingan tersebut antara lain: 1. Keauntentikan Keauntentikan dapat dilakukan dengan beberapa strategi, yaitu dengan mendorong dan membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan dari tugas yang dikerjakan, merancang tugas siswa sesuai dengan kemampuannya sehingga ia mampu menyelesaikannya tepat waktu, dan mendorong serta membimbing siswa agar mampu menghasilkan sesuatu dari tugas yang dikerjakannya. 2. Ketaatan terhadap nilai-nilai akademik Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi yaitu dengan mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu menerapkan berbagai pengetahuan dalam menyelesaikan tugas yang dikerjakan, merancang dan mengembangkan tugas-tugas yang dapat memberi tantangan pada siswa untuk menggunakan berbagai metode dalam pemecahan masalah serta mendorond dan membimbing siswa untuk mampu berpikir tingkat tinggi dalam memecahkan masalah. 3. Belajar pada dunia nyata Hai ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut, yaitu mendorong dan membimbing siswa untuk mampu bekerja pada konteks permasalahan yang nyata yang ada di masyarakat, mendorong dan mengarahkan agar siswa mampu bekerja dalam situasi organisasi yang menggunakan teknologi tinggi, dan mendorong serta mengarahkan siswa agar mampu mengelola kemampuan keterampilan pribadinya. 4. Aktif Meneliti Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong dan mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah dibuatnya, mendoronh dan mengarahkan siswa untuk melakukan penelitian dengan berbagai macam metode, serta mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu berkomunikasi dengan orang lain, baik melalui presentasi ataupun media lain. 5. Hubungan dengan ahli Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong dan mengarahkan siswa untuk mampu belajar dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang relevan, mendorong dan mengarahkan siswa berdiskusi dengan orang lain dalam memecahkan masalah, serta mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak pihak untuk terlihat dalam menilai unjuk kerjanya. 6. Penilaian Hal ini dapat didakukan dengan beberapa strategi yaitu mendorong dan mengarahkan siswa agar mamapu melakukan evaluasi diri terhadap kinerjanya dalam mengerjakan tugasnya, mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak pihak luar untuk terlibat mengembangkan standar kerja yang terkait dengan tugasnya serta mendorong dan mengarahkan siswa untuk menilai kerjanya. E. Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek Menurut Moursound (1997) beberapa keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek antara lain: 1. Meningkatkan motivasi belajar siswa. 2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks. 3. Keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat. 4. Siswa mampu kerja kelompok dalam proyek dan mempraktikkan keterampiak komunikasi. 5. Siswa mampu mempraktikkan keterampilan dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. Menurut The Back Institute For Education, model pembelajaran inimempunyai keuntungan penting bagi siswa masa kini, antara lain: a) Model pembelajaran berbasis proyek mengintegrasikan wilayah hidup kurikulum. b) Membangun pengembangan kebiasaan berfikir yang dihubungkan dengan belajar seumur hidup, tanggung jawab sipil, dan kesuksesan karir atau pribadi. c) Menguasai dikotomi atau pengetahuan dan berfikir dapat menolong siswa baik untuk “to know” maupun “to do”. d) Mendorong munculnya tanggung jawab, penetapan tujuan dan memperbaiki tampilan. e) Dapat melibatkan memotivasi siswa yang bosan dan tidak peduli. f) Mendukung siswa dalam belajar dan mempraktikkan keterampilan dalam penyelesaian masalah, komunikasi dan pengendalian diri. g) Menciptakan komunikasi positif dan hubungan kolaboratif diantara kelompok siswa yang berbeda-beda. h) Dapat memenuhi kebutuhan siswa dengan tingkat keterampilan dan gaya belajar yang beragam. Selain keuntungan, pembelajaran berbasis proyek juga memiliki kelemahan, diantaranya: 1. Memerlukan banyak waktu untuk meyelesaikan masalah. 2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak. 3. Banyak instrukur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas. 4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan. 5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan. 6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok. 7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

0 comments:

Post a Comment

Metode Dakwah

Daftar Isi KATA PENGANTAR 1 BAB I 3 PENDAHULUAN 3 A. Latar Belakang Masalah 3 B. Pembatasan Masalah 3 C. Rumusan Masalah 4 D. Tujuan Penulis...