About

Friday 12 October 2018

ORGANISASI DAN MODEL-MODEL KURIKULUM

KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt., karena atas rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Perkembangan Kurikulum P.A.I ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Tak lupa pula, shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad saw., keluarga, dan seluruh sahabatnya. Makalah Perkembangan Kurikulum P.A.I yang kami susun ini berjudul “Organisasi dan Model-Model Kurikulum”. Makalah ini hadir untuk memenuhi tugas Perkembangan Kurikulum P.A.I. Banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Karena itu, kami ucapkan banyak terima kasih. Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian. Besar harapan kami, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan sumbangsih yang berarti demi kemajuan ilmu pengetahuan bangsa. Pamekasan, 17 Maret 2017 Penyusun DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 B. Rumusan masalah 1 C. Tujuan 1 BAB II : PEMBAHASAN A. Pengertian organisasi kurikulum 2 B. Bentuk-bentuk organisasi kurikulum 2 C. Model-model pengembangan kurikulum 6 BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan 14 B. Saran 16 DAFTAR PUSTAKA 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan serta mengatur segala kegiatan yang berlangsung. Kurikulum tercipta dari pemikiran para tokoh sehingga ada masanya kurikulum akan mengalami perkembangan seiring dengan pemikiran para tokoh dan kebutuhan yang mendasarinya. Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan. Maka, melalui makalah ini insyaallah penulis akan menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan organisasi dan model-model kurikulum. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud organisasi kurikulum? 2. Apa saja bentuk-bentuk organisasi kurikulum? 3. Apa saja model-model pengembangan kurikulum? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengertian organisasi kurikulum. 2. Mengetahui bentuk-bentuk organisasi kurikulum. 3. Mengetahui model-model pengembangan kurikulum. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Organisasi Kurikulum Organisasi kurikulum merupakan pola susunan sajian isi kurikulum, yang bertujuan untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan sehubungan dengan organisasi kurikulum, yaitu: ruang lingkup atau cakupan (scope), urutan bahan (sequence), kontinuitas, keseimbangan, dan keterpaduan (integrated). B. Bentuk-Bentuk Organisasi Kurikulum Organisasi kurikulum berdasarkan mata pelajaran di bedakan atas empat pola, yaitu: 1) Mata Pelajaran Terpisah (Separated Subject Curriculum) Bentuk kurikulum ini sudah lama digunakan, karena organisasi kurikulum bentuk ini sederhana dan mudah dilaksanakan. Mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum) bertujuan agar generasi muda mengenal hasil-hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan secara berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan menemukan kembali dengan apa yang telah diperoleh dari generasi terdahulu (Nasution, 1986). Secara fungsional bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan dan kelebihan, kekurangan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum), yaitu:  Bahan pelajaran di berikan atau dipelajari secara terpisah-pisah, tidak menggambarkan adanya hubungan antara materi satu dengan yang lainnya.  Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak bersifat aktual.  Proses belajar lebih mengutamakan aktifitas guru sedangkan siswa cenderung pasif.  Bahan pelajaran tidak berdasarkan aspek permasalahan sosial yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.  Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang akan dating.  Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memperhatikan bakat, minat, dan kebutuhan siswa. Sedangkan kelebihan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum), adalah:  Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana, dan mudah dipahami.  Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai dan budaya terdahulu.  Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.  Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang ada. 2) Mata Pelajaran Terhubung (Correlated Curriculum) Pola kurikulum korelasi, yaitu pola organisasi isi kurikulum yang menghubungkan pembahasan suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, atau satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pola kurikulum jenis ini. Kekurangannya adalah:  Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang begitu mendalam.  Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang aktual yang langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.  Kurikulum ini kurang memperhatikan bakat, minat, dan kebutuhan siswa.  Apabila prinsip penggabungan belum dipahami kemungkinan bahan pelajaran yang disampaikan terlampau abstrak. Sedangkan kelebihan pola mata pelajaran terhubung (correlated curriculum) adalah:  Ada keterhubungan antar materi pelajaran walau sebatas beberapa mata pelajaran.  Memberikan wawasan yang lebih luas dalam lingkup satu bidang studi.  Menambah minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang terkorelasi. 3) Fusi Mata Pelajaran (Broadfield Curriculum) Fusi mata pelajaran (broadfield curriculum) adalah jenis organisasi kurikulum yang menghapuskan batas-batas mata pelajaran dan menyatukan mata pelajaran yang memiliki hubungan erat dalam satu kesatuan. Contohnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil peleburan dari ilmu fisika, ilmu hayat, ilmu kimia, dan ilmu kesehatan. Tipe organisasi ini pertama kali dikemukakan oleh Phenik. Model organisasi ini memiliki keunggulan diantaranya adalah mata pelajaran akan semakin dirasakan kegunaannya, sehingga memungkinkan pengadaan mata pelajaran yang kaya akan pengertian dan mementingkan prinsip dasar generalisasi. Adapun kelemahannya adalah hanya memberikan pengetahuan secara sketsa, abstrak, kurang logis dari suatu mata pelajaran. (Soetopo dan Soemanto dalam Idi 1999: 29-30) 4) Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum) Kurikulum ini memandang bahwa dalam suatu pokok bahasan harus terpadu (integrated) secara menyeluruh. Keterpaduan ini dapat dicapai melalui pemusatan pelajaran pada satu masalah tertentu dengan alternatif pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan, sehingga batas-batas antar mata pelajaran dapat ditiadakan. Pembelajaran yang mungkin digunakan diantaranya pemecahan masalah, metode proyek, pengajaran unit (unit teaching), inkuiri, diskoveri (discovery), dan pendekatan tematik yang dilakukan dalam pembelajaran kelompok maupun perorangan. Kekurangan organisasi kurikulum ini, antara lain:  Kurikulum dibuat oleh guru dan siswa sehingga memerlukan kesiapan dan kemampuan guru secara khusus dalam pengembangan kurikulum seperti ini.  Bahan pelajaran tidak disusun secara logis dan sistematis.  Bahan pelajaran tidak bersifat sederhana.  Dapat memungkinkan kemampuan yang dicapai siswa akan berbeda secara mencolok.  Kemungkinan akan memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang banyak. Kelebihan organisasi kurikulum ini, antara lain:  Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah dengan cara memadukan beberapa mata pelajaran secara menyeluruh dalam menyelesaikan suatu topic atau permasalahan.  Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya secara individu.  Mempraktikkan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran.  Dapat membantu meningkatkan hubungan antara sekolah dan masyarakat.  Dapat menghilangkan batas-batas yang terdapat dalam pola kurikulum yang lain. Beberapa bentuk organisasi kurikulum dalam kategori ini diantaranya adalah sebagai berikut: a) Kurikulum Inti (Core Curriculum) Beberapa karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah: 1) Kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue), selalu berkaitan, dan direncanakan secara terus menerus; 2) Isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan; 3) Isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah maupun problema yang dihadapi secara aktual; 4) Isi kurikulum mengambil atau mengangkat substansi yang bersifat pribadi maupun social; 5) Isi kurikulum ini difokuskan untuk semua siswa. Topik-topik yang diangkat dalam kurikulum ini selalu berkaitan dengan beberapa disiplin ilmu dan lingkungan. Misalnya: penanggulangan penyebaran virus flu burung (Avian Influenza/ AI). b) Social Functions dan Persistent Situations Kurikulum ini didasarkan atas analisis kegiatan-kegiatan manusia dalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat diantaranya: 1) memelihara dan menjaga keamanan masyarakat; 2) perlindungan dan pelestarian hidup, kekayaan, dan sumber alam; 3) komunikasi dan transportasi; 4) kegiatan rekreasi, dll. c) Experience atau Activity Curriculum Kurikulum ini cenderung mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa dalam rangka membentuk kemampuan yang terintegrasi dengan lingkungan maupun dengan potensi siswa. Ada empat tipe pembelajaran proyek yang dapat dikembangkan dalam activity curriculum, diantaranya: 1) Construction on creative project. Pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan ide-ide atau merealisasikan suatu ide dalam suatu bentuk tertentu. Misalnya menulis gagasan atau surat. 2) Appreciation on enjoyment project. Pembelajaran in bertujuan menikmati pengalaman-pengalaman dalam bentuk apresiasi atau estetis (estetika). Misalnya mendengarkan music. 3) The problem project. Pembelajaran ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang bersifat intelektual, tetapi ada substansi keterampilannya (vokasional). 4) The drill or specific project. Pembelajaran ini bertujuan untuk memperoleh beberapa item atau tingkat keterampilan. C. Model-Model Pengembangan Kurikulum Model adalah pola-pola penting yang berguna sebagai pedoman untuk melakukan suatu tindakan. Model dapat ditemukan dalam hampir setiap bentuk kegiatan pendidikan, seperti model pengajaran, model adtninistrasi, model evaluasi, model supervisi dan model lainnya. Menggunakan model pada perkembangan kurikulum dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Banyak sekolah/fakultas mempunyai rancangan untuk satu tahun, mereka telah memikirkan polanya untuk memecahkan masalah pendidikan atau prosedur yang tidak dapat dihindari, walaupun begitu mereka tidak mempunyai lebel kegiataanya sebagai rancangan. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction) bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Sedangkan Model menurut Good dan Travers adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Rivett (1972) menyatakan bahwa model adalah hubungan sebuah logika secara, salah satunya kualitatif atau kuantitatif, yang memberikan relevansi pada masa mendatang. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengembangan Model Kurikulum adalah suatu sistem dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada yang memberikan relevansi pada masa mendatang. Nadler mengatakan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong sipenggguna untuk mengerti dan memahami suatu proses yang mendasar dan menyeluruh. Adapun model-model pengembangan kurikulum diantaranya: 1. Model Ralph Tyler Dalam bukunya yang berjudul “Basic Principles Curriculum and Instruction (1949), Tyler mengatakan bahwa “Curriculum development needed to be treated logically and systematically”. Ia berupaya menjelaskan tentang pentingnya pendapat secara rasional, menganalisis, menginterpretasi kurikulum dan program pengajaran dari suatu lembaga pendidikan. Lebih lanjut, Tyler mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan suatu kurikulum, perlu menempatkan empat pertanyaan berikut: 1. What educational purposes should the school seek to attain? (objectives). 2. What educational experiences are likely to attain these objectives? (instructional strategic and content). 3. How can these educational experiences be organized effectively? (organizing learning experiences). 4. How can we determine whether these purposes are being attain? (assesment and evaluation). Sesuai dengan judul bukunya, model pengembangan kurikulum Tyler ini lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum, sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Dengan demikian, model ini tidak menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah konkrit atau tahapan-tahapan secara rinci. Tyler hanya memberikan dasar-dasar pengembangannya saja. Menutut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum, diantaranya: a. Menentukan tujuan pendidikan Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus dirumuskan secara jelas sampai pada rumusan tujuan khusus guna mempermudah pencapaian tujuan tersebut. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu: hakikat peserta didik, kehidupan masyarakat masa kini, dan pandangan para ahli bidang studi. Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut selanjutnya difilter oleh nilai-nilai filosofis masyarakat dan filosofis pendidikan serta psikologi belajar. Ada lima faktor yang menjadi arah penentuan tujuan pendidikan, yaitu: pengembangan kemampuan berpikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik, dan pengembangan sikap sosial. b. Menentukan pengalaman belajar Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Ada empat prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa. Pertama, pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kedua, setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa. Ketiga, setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa. Keempat, mungkin dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda. c. Mengorganisasi pengalaman belajar Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar. Pertama, pengorganisasian secara vertical yaitu pengorganisasian yang menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat berbeda. Misalkan, pengorganisasian pengalaman belajar yang menghubungkan antara bidang geografi dikelas lima dan kelas enam. Kedua, pengorganisasian secara horizontal yaitu pengorganisasian yang menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajian yang berbeda dalam tingkat yang sama. Misalkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama. Menurut Tyler (1950: 55) dalam mengorganisasi pengalaman belajar terdapat tiga prinsip, yaitu kontinuitas, urutan isi, dan integrasi. d. Evaluasi Ada dua aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi, yaitu: 1) evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. 2) evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu. Ada dua fungsi evaluasi: Pertama, evaluasi digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik (fungsi sumatif). Kedua, untuk melihat efektivitas proses pembelajaran (fungsi formatif). 2. Model Hilda Taba Pada beberapa buku karya Hilda Taba, yang paling terkenal dan besar pengaruhya adalah Curriculum Development: Theory and Practice (1962). Dalam buku ini, Hilda Taba mengungkapkan pendekatannya untuk proses pengembangan kurikulum. Dalam pekerjaannya itu, Taba memodifikasi model dasar Tyler agar lebih representatif terhadap pengembangan kurikulum diberbagai sekolah. Modifikasi tersebut penekanannya terutama pada pemuasatan perhatian guru. Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. Menurut Taba, guru harus penuh aktif dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan gurudan memposisikan guru sebgai inovator dalam pengembang kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba. Model terbalik ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar data induktif yang disebut model terbalik, karena biasanya pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-konsep yang datangnya dari atas secara deduktif. Ada lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Taba: 1. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru. Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan perencanaan berdasarkan pada teori-teori yang kuat, eksperimen harus dilakukan di dalam kelas agar menghasilkan data empirik dan teruji. a. Mendiagnosis kebutuhan b. Merumuskan tujuan-tujuan khusus c. Memilih isi d. Mengorganisasi isi e. Memilih pengalaman belajar f. Mengorganisasi pengalaman belajar g. Mengevaluasi h. Menguji keseimbangan isi kurikulum 2. Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya. 3. Merevisi dan mensolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba. 4. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum. 5. Implementasi dan diseminasi kurikulum yangtelah teruji. Pada tahap terakhir ini perlu dipersiapkan guru-guru melalui penataran-penataran, lokakarya dan lain sebagainya serta mempersiapkan fasilitas dan alat-alat sesuai dengan tuntutan kurikulum. 3. Model Oliva Menurut Oliva suatu model kurikulum harus bersifat simpel, komprehensif dan sistematik. Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Oliva terdiri dari 12 komponen yang harus dikembangkan. Komponen pertama adalah perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan yang kesemuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa, dan analisis kebutuhan masyarakat. Komponen kedua adalah analisis kebutuhan masyarakat dimana sekolahitu berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah. Komponen ketiga dan keempat, berisi tentang tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum yang didasarkan kepada kebutuhan seperti yang tercantum dalamkomponen I dan II. Sedangkan dalam komponen V adalah bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan kurikulum. Komponen VI dan VII mulai menjabarkan kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran. Apabila tujuan pembelajaran telah dirumuskan, maka selanjutnya menetapkan strategi pembelajaran yang dimungkinkan dapat mencapai tujuan seperti yang pada komponen VIII. Selama itu pula dapat dilakukan studi awal tentang kemungkinan strategi atau teknik penilaian yang akan digunakan (komponen IX A). Selanjutnya pengembangan kurikulum diteruskan pada komponen X yaitu mengimplementasikan strategi pembelajaran. Setelah strategi diimplementasikan, pengembang kurikulum kembali pada komponen IX yaitu komponen IX B untuk menyempurnakan alat atau teknik penilaian. Teknik penilaian seperti yang telah ditetapkan pada komponen IX A bisa ditambah atau direvisi setelah mendapatkan masukan dari pelaksanaan atau implementasi kurikulum. Dari penetapan alat dan teknik peilaian itu, maka selanjutnya pada komponen XI dan XII dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran dan evaluasi kurikulum. Menurut Oliva, model yang dikembangkan ini dapat digunakan dalam beberapa dimensi. Pertama, untuk menyempurnakan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khusus, misalkan penyempurnaan kurikulum bidang studi tertentu di sekolah, baik dalam tataran perencanaan kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua, model ini juga dapat digunakan untuk membuat keputusan dalam merancang suatu program kurikulum. Ketiga, model ini dapat digunakan dalam mengembangkan program pembelajaran secara khusus. 4. Model Beauchamp Model ini dikembangkan oleh G. A. Beauchamp seorang ahli kurikulum. Menurut Beauchamp (1931), proses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap, yaitu: 1) Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum. Wilayah itu bisa terjadi pada hanya satu sekolah, satu kecamatan,kabupaten, atau mungkin tingkat provinsi dan tingkat nasional. 2) Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum. Ada 4 kategori orang yang sebaiknya dilibatkan, yaitu: a. Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan ahli bidang studi. b. Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih. c. d. Para profesional dalam bidang pendidikan. e. Profesional lain dan tokoh masyarakat. 3) Menetapkan prosedur yang akan ditempuh, yaitu dalam hal merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta menetapkan evaluasi, juga dalam menentukan desain kurikulum secara keseluruhan. Kegiatan ini terdiri dari lima tahap, yaitu: (a) membentuk tim pengembangan kurikulum; (b) mengadakan penelitian dan penilain terhadap kurikulum yang sedang berlaku; (c) studi penjagaan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru; (d) menentukan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru; (e) penyusunan dan penulisan kurikulum baru. 4) Implementasi kurikulum. Tahap ini yaitu pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan oleh tim pengembang. Dalam pelaksanaan kurikulum dibutuhkan kesiapan guru, siswa, fasilitas, biaya, manajerial, dan kepemimpinan sekolah. 5) Evaluasi kurikulum, meliputi: a. Pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru. b. Desain kurikulumnya. c. Hasil belajar siswa. d. Keseluruhan dari system kurikulum. 5. D.K Wheeler Dalam bukunya yang cukup berpengaruh, Curriculum Process, Wheeler mempunyai argumen tersendiri agar pengembang kurikulum (curiculum developes) dapat menggunakan suatu proses melingkar (a circle process), yang mana setiap elemen saling berhubungan dan saling bergantung. Wheeler berpendapat proses pengembangan kurikulum terdiri dari lima fase atau tahap, yakni: 1. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan yang bersifat normatif yang mengandung tujuan filosofis atau tujuan pebelajaran umum yang bersifat praktis. Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yakni tujuan yang mudah diukur ketercapaiannya. 2. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam lngkah pertama. 3. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar. 4. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajardengan isi atau materi belajar. 5. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan. 6. Model Audrey and Howard Nicholls Dalam bukunya, Developing Curriculum: a Practical Guide, Audery dan Nicholls mengembangkan suatu pendekatan yang tegas mencakup elemen-elemen kurikulum dengan jelas tapi ringkas. Nicholls menitik beratkan pada pendekatan pengembangan kurikulum yang rasional, khususnya untuk kurikulum baru yang muncul dari adanya perubahan situasi. Model pengembangan kurikulum Audery dan Nicholls menggunakan pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Audery dan Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi. Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Audery dan Nicholls yaitu: 1. Analisis situasi 2. Menentukan tujuan khusus 3. Menentukan dan mengorganisasikan isi pelajaran 4. Menentukan dan mengorganisasi metode 5. Evaluasi. 7. Model Malcolm Skillbeck Menurut Skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic, adalah model pengembangan kurikulum pada level sekolah (School Nased Curriculum Development). Dalam model dinamik yang dikembangkan oleh Skilbeckini, proses kurikulum tidak mengikuti pola urutan (sequence) tertentu. Pengembangan kurikulum dapat dimulai dengan unsur kurikulum apapun dan diproses dalam urutan atau susunan apapun. Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan berjalan dengan baik, maka setiap pengembangan termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimulai dari menganalisis situasi sampai pada melakukan penilaian. Skilbeck menganjurkan model pengembangan kurikulum yangia susun dapat dijadikan alternatif dalam pengembangan kurikulum tingkat sekolah. Menurut Skilbeck langkah-langkah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis situasi 2. Memformulasikan tujuan 3. Menyusun progam 4. Interpretasi dan implementasi 5. Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Organisasi kurikulum merupakan pola susunan sajian isi kurikulum, yang bertujuan untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan sehubungan dengan organisasi kurikulum, yaitu: ruang lingkup atau cakupan (scope), urutan bahan (sequence), kontinuitas, keseimbangan, dan keterpaduan (integrated). 2. Bentuk-bentuk organisasi kurikulum berdasarkan mata pelajaran di bedakan atas empat pola, yaitu: a. Mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum) b. Mata pelajaran terhubung (correlated curriculum) c. Fusi mata pelajaran (broadfield curriculum) d. Kurikulum terpadu (integrated curriculum), meliputi: 1) kurikulum inti (core curriculum); 2) social functions dan persistent situations; 3) experience atau activity curriculum 3. Model-model pengembangan kurikulum: a) Langkah-langkah pengembangan model Ralph Tyler, yaitu:  Menentukan tujuan pendidikan  Menentukan proses pembelajaran  Menentukan organisasi pengalaman belajar  Menentukan evaluasi pembelajaran b) Langkah-langkah pengembangan model Hilda Taba, yaitu:  Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru.  Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya.  Merevisi dan mensolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba.  Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum.  Implementasi dan diseminasi kurikulum yangtelah teruji. Pada tahap terakhir ini perlu dipersiapkan guru-guru melalui penataran-penataran, lokakarya dan lain sebagainya serta mempersiapkan fasilitas dan alat-alat sesuai dengan tuntutan kurikulum. c) Langkah-langkah pengembangan model Oliva, yaitu:  (a) Perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan yang kesemuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa, dan analisis kebutuhan masyarakat.  (b) Analisis kebutuhan masyarakat  (c) dan (d) Tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum  (e) mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan kurikulum  (f) dan (g) Menjabarkan kurikulum dalam bentk tujuan umum dan tujuan khusus  (h) menetapkan strategi pembelajaran untuk mencapa tujuan  (i) studi awal tentang kemungkinan strategi atau teknik penilaian yang akan digunakan  (j) mengimplementasikan strategi pembelajaran  (k) dan (l) Evaluasi terhadap pembelajaran dan kurikulum d) Langkah-langkah pengembangan model Beauchamp, yaitu:  Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum.  Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum.  Menetapkan prosedur yang akan ditempuh  Implementasi kurikulum.  Evaluasi kurikulum e) Langkah-langkah pengembangan model Wheeler, yaitu:  Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.  Menentukan pengalaman belajar  Menentukan isi atau materi pembelajaran.  Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar.  Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan f) Langkah-langkah pengembangan model Audery dan Hoeards Nicholls, yaitu:  Analisis situasi  Menentukan tujuan khusus  Menentukan dan mengorganisasikan isi pelajaran  Menentukan dan mengorganisasi metode  Evaluasi g) Langkah-langkah pengembangan model Malcom Skillbeck, yaitu:  Menganalisis situasi  Memformulasikan tujuan  Menyusun progam  Interpretasi dan implementasi  Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi. B. Saran 1. Meskipun makalah yang telah kami rampung dan siap disajikan sudah terselesaikan, namun makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan banyak terdapat kesalahan. Dari itu kami penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca. 2. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca serta memberi motivasi dan pemikiran yang bernilai positif, Amiin.

0 comments:

Post a Comment

Metode Dakwah

Daftar Isi KATA PENGANTAR 1 BAB I 3 PENDAHULUAN 3 A. Latar Belakang Masalah 3 B. Pembatasan Masalah 3 C. Rumusan Masalah 4 D. Tujuan Penulis...