About

Monday 29 October 2018

Discovery Learning

PEMBAHASAN A. Pengertian Model Pembelajaran penemuan (Discovery Learning) Teknik Penemuan adalah terjemahan dari Discovery, menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antar lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Pembelajaran dengan penemuan (discovery learning) merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan. Ide pembelajaran penemuan (discovery learning) muncul dari keinginan untuk memberi rasa senang kepada anak/ siswa dalam “menemukan” sesuatu oleh mereka sendiri dengan mengikuti jejak ilmuan Beberapa pengertian model pembelajaran penemuan menurut beberapa tokoh yang diantaranya: Menurut Gulo, Pendekatan pengajaran discovery adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Menurut Wilcox, mengatakan bahwa dalam pembelajaran penemuan siswa didorong untuk belajar aktif melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan kosep- konsep, prinsip- prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan untuk memungkinkan mereka menemukan prinsip- prinsip untuk diri mereka sendiri. Menurut Carin, sebagaimana dikutip oleh Amien menyatakan bahwa inkuiri pada dasarnya adalah proses mental yang membawa siswa atau individu mengasimilasikan konsep dan prinsip. Menurut Amien, kegiatan inkuiri merupakan suatu kegiatan atau pelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Menurutnya pula, kegiatan inkuiri dibentuk dan meliputi kegiatan discovery (Penemuan). Dengan demikian Penemuan menunjukkan kegiatan inkuiri. Menurut Amien dan Roestiyah, Inkuiri ialah suatau perluasan proses discovery. Inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalkan merumuskan masalah, merancang eksprimen, melakukan eksprimen, mengumpulkan dan menganalis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sifat objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya. Inquiry, merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih mendalam). Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya, merumuskan masalah, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Melalui pembelajaran penemuan, diharapkan siswa terlibat dalam penyelidikan suatu hubungan, mengumpulkan data, dan menggunakannya untuk menemukan hukum atau prinsip yang berlaku pada kejadian tersebut, dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh siswa, dengan sendirinya akan memberi hasil yang lebih baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar- benar bermakna. Pembelajaran penemuan mempunyai kaitan intelektual yang jelas dengan pembelajaran berdasarkan masalah. Pada kedua model ini, guru menekan keterlibatan siswa secara aktif, orientasi induktif lebih ditekan daripada deduktif, dan siswa diberikan ide- ide atau teori tentang dunia. Pada pembelajaran penemuan, Guru memberi pertanyaan atau mengungkapkan dilema yang membutuhkan pemecahan-pemecahan, menyediakan materi-materi yang sesuai dan menarik, serta meningkatkan kemampuan siswa untuk mengemukakan dan menguji hipotesis Serta memperbolehkan siswa untuk menemukan ide dan teori mereka sendiri. Jadi peran peserta didik dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Dengan demikian strategi discovery bahan pelajarannya dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. B. Macam- Macam Metode penemuan (Discovery Learning) 1. Discovery terpimpin, yaitu pelaksanaan discovery dilakukan atas petunjuk dari guru. Keduanya, dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak memberikan kesempatan kepada kelas untuk melakukan refleksi, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya, siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakan. 2. Discovery bebas,yaitu peserta didik melakuakan penyelidikan bebas sebagaimana seorang ilmuan, antara lain masalah dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan diperoleh sendiri. 3. Discovery bebas yang dimodifikasi, yaitu masalah diajukan guru didasarkan teori yang sudah dipahami peserta didik. Tujuannya untuk melakukan penyelidikan dalam rangka membuktikan kebenarannya. 4. Sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan Discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat/benar. Gaya pengajaran demikian, oleh Gagne disebut Guide Discovery, sekalipun didalam kelas yang terdiri dari 20 sampai 30 orang siswa. Hanya beberapa orang saja yang benar-benar melakukan Discovery, sedangkan yang lainnya berpartisipasi dalam proses Discovery misalnya dalam sistem ceramah reflektif. Dalam kelompok yang lebih kecil, guru dapat melibatkan hampir semua siswa dalam proses itu. Dalam sistem ini, guru perlu memiliki keterampilan memberikan bimbingan, yakni mendiagnosis kesulitan-kesulitan siswa dan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Namun demikian, tidak berarti guru menggunakan metode ceramah reflektif sebagai mana halnya pada strategi diatas. Dengan demikian, dalam strategi ini pembelajaran ini peserta didik tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal, sebaliknya peserta didik akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran. Strategi pembelajaran ini merupakan bentuk dari pendekatan pelajaran yang berorientasi kepada peserta didik (Student Centered Approch). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini peserta didik memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. C. Fungsi Metode penemuan (Discovery Learning) Ada beberapa fungsi metode discovery yaitu sebagai berikut. 1. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan 2. Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. 3. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan. 4. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan. 5. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide orang lain. 6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru. D. Langkah- Langkah penemuan (Discovery Learning) Belajar penemuan dapat juga disebut “proses pengalaman”. Langkah- langkah belajar proses pengalaman, adalah: 1. Tindakan dalam instansi tertentu. Siswa melakukan tindakan dan mengamati pengaruh- pengaruhnya. Pengaruh- pengaruh tersebut mungkin sebagai ganjaran atau hukuman, atau mungkin memberikan keterangan mengenai hubungan sebab akibat. 2. Pemahaman kasus tertentu. Apabila keadaan yang sama muncul kembali, maka dia dapat mengantisipasi pengaruh yang bakal terjadi, dan konsekuensi- konsekuensi apa yang akan terasakan. 3. Generalisasi. Siswa membuat kesimpulan atas prinsip- prinsip umum berdasarkan pemahaman terhadap instansi tersebut. 4. Tindakan dakam suasana baru. Siswa menerapkan prinsip dan mengantisipasi pengaruhnya. Pendekatan pembelajaran penemuan dikembangkan menjadi Discovery/ inquiry, Langkah- langkah pokok strategi ini ialah: 1. Menyajikan kesempatan- kesempatan kepada siwa untuk melakukan tindakan/ perbuatan dan mengamati konsekuensi dari tindakan tersebut 2. Menguji pemahaman siswa mengenai hubungan sebab akibat dengan cara mempertanyakan atau mengamati reaksi- reaksi siswa, selanjutnya menyajikan kesempatan- kesempatan lainnya. 3. Mempertanyakan atau mengamati kegiatan selanjutnya, serta menguji susunan prinsip umum yang mendasari masalah yang disajikan itu. 4. Penyajian berbagai kesempatan baru guna menerapkan hal yang baru saja dipelajari kedalam situasi atau masalah- masalah yang nyata. Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini: 1. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; 2. Dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; 3. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; 4. Dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri; 5. Siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata. E. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) 1. Kelebihan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Dr. J, Richard dan asistennya mencoba self- learning siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning , ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Penggunaan discovery ini berusaha meningkatkan aktivitas dalam proses belajar mengajar adaupun kelebihannya sebagai berikut: a. Mampu membantu siswa untuk mengembangkan memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa b. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/ mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut c. Teknik ini mampu membangkitkan kegairahan belajar para siswa d. Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuaanya masing- masing e. Mampu mengarahkn cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat f. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri g. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu jika diperlukan. Berlyne mengatakan bahwa belajar penemuan mempunyai beberapa keuntungan, model pembelajaran ini mengacu pada keingintahuan siswa, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaan hingga mereka menemukan jawabannya. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan keterampilan berfikir kritis karena mereka harus menganalisis dan menangani informasi. Pembelajaran penemuan dibedakan menjadi dua, yaitu pemebelajaran penemuan bebas (free discovery learning) atau sering disebut open ended discovery dan pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery learning). Adaupun kelebihannya menurut teori ini adalah: a. Mengembangakan potensi intelektual. Menurut Bruner, trought guided discovery, a student slowly learner how to organize and carry out the investigations. Melalui penemuan terbimbing siswa yang lambat belajar akan mengetahui bagaimana menyusun, melakukan penyelidikan. Lebih lanjut dikatakan, one at the greates payyoffs of the guided discovery approach is that it aids better memory retention. Salah satu keuntungan pembelajaran dengan menggunakn pendekatan penemuan terbimbing adalah materi yang dipelajari lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses penemuannya. b. Mengubah siswa dari memiliki motivasi dari luar (extrinsic motivation) menjadi motivasi dari dalam diri sendiri (intrinsic motivation). Penemuan terbimbing membantu siswa untuk lebih mandiri, bisa mengarahkan diri sendiri, dan bertanggung jawab atas pembelajaran sendiri. Siswa akan memotivasi diri sendiri jika belajar dengan penemuan terbimbing. c. Siswa akan belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Anak- anak dapat dilibatkan secara aktif dengan mendengarkan, berbicara, membaca, melihat, dan berfikir. Jika otak anak selalu dalam keadaan aktif, pada saat itulah seorang anak sedang belajar. Piaget juga menegaskan, there is no learning without action. Melalui latihan untuk menyelesaikan masalah, seorang siwa akan belajar bagaimana belajar (learning to leran). d. Mempertahankan memori. Otak manusia seperti komputer. Permasalahn terbesar dalam otak manusia bukan pada penyimpanan data, melaikan bagaimana mendapatkan kembali data yang telah tersimpan didalamnya. Para ahli berpendapat bahwa cara paling mudah untuk mendapatkan data adalah pengaturannya (organization). Dengan pengaturan, manusia lebih mudah mendapatkan informasi apa yang dicari dan bagaimana mencarinya. Penelitian membuktikan, dengan pengaturan, informasi yang disimpan di dalam otak akan berkurang kerumitannya. Apalagi jika informasinya tersebut dibangun sendiri yang salah satunya dengan penemuan terbimbing. 2. Kekurangan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) a. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keaadan sekitarnya dengan baik b. Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol keberhasilan peserta didik c. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan d. Dengan teknik ini ada pendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertiaan saja, kurang memperhatikan perkembangan/ pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa e. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir secara kreatif f. Kadang- kadang dalam mengimplementasikan , memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan g. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik menguasai pelajaran, maka strategi ini akan sulit di implementasikan oleh setiap guru. Joyce mengemukakan kondisi- kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan pembelajaran discovery bagi peserta didik, yaitu: 1. Aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas- terbuka dan pesimif yang menggundang peserta didik berdiskusi 2. Berfokuspada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya 3. Penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelejaran dibicarakan validitas dan relibitas tentang fakta, sebaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari materi diatas dapat kita simpulkan bahwa Discovery Learning merupakan pemebelajaran penemuan dimana kegiatan pembelajaran ini melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secar sistematis, kritis logis, analistis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Guru dalam mengembangkan sikap di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultam, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok. B. Saran Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, diantaranya adalah kurangnya referensi yang relevan dan pembahasan yang kurang mendetail. Untuk itu, penulis menyarankan bagi pembaca untuk memahami adanya kekurangan tersebut, dan bagi penulis lanjutan untuk menyempurnakan makalah ini.

Pembelajaran Langsung

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian pembelajaran langsung Model pembelajaran langsung di desain bagi siswa dalam mempelajari pengetahuan yang terstruktur dan dapat dipelajari melalui tahap demi tahap. Model ini berpusat pada guru (teacher centered) dan mealndaskan pada 3 ciri: (1) Tipe siswa yang dihasilkan, (2) alur atau sintaks dalam proses pembelajarannya, dan (3) lingkungan atau suasana belajarnya. Pembelajaran langsung mempunyai tujuan seperti berikut: direct intructions aims at accomplishing twon major learner outcomes: mastery of well structured academic content and acquistin of all kinds of skill. Artinya, pembelajaran langsung memiliki dua tujuan utama, yaitu agar siswa menguasai bahan pelajaran dan memiliki berbagai keterampilan. Dalam menciptakan lingkungan suasan belajar, model pembelajaran langsung memerlukan perilaku khusus dan beberapa keputusan guru. Tekanan dalam melaksanakan model pembelajaran langsung adalah agar siswa menguasai engetahuan yang berupa pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu. Pengetahuan deklaratif bersifat sebagai pengetahuan yang mendasari bagi pengembangan dan pengetahuan, pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dipihak guru. Agar efektif, pembelajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama dan demontrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan dilakukan secara seksama. Dalam pembeljaran langsung, penguasaan konsep dan perubahan perilaku siswa dilakukan secara deduktif. Guna sebagai penyampai informasi sudah seharusnya melakukan variasi gaya pengajar, variasi media agar agar pembelajaran tidak terkesan menoton dan membosankan. Pengembangan model pembelajaran langsung dilandasi oleh latar belakang teoritik dan empirik tertentu. Diantaranya adalah ide-ide dari bidang sistem analisis, teori pemodelan sosial dan perilaku serta hasil penelitian tentang keaktifan guru dalam melaksanakan fungsinya. Gagne & Briggs mengemukakan pandangan tentang analisis sistem dalam bidang pendidikan sebagai berikut. Pengajaran yang dirancang secara sistematik akan berpengaruh besar terhadap pengembangan individu. Brberapa pakar pendidikan mengemukakan bahwa pendidkan akan menjadi paling baik jika dirancang hanya untuk memberikan kesempatan kepada siswa memperoleh lingkungan belajar yang menunjang dan berkembang sesuai kemampuan dan aktivitasnya sendiri, tanpa adanya paksaan apapun. B. Sintaks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan Pembelajaran Pada model pengajaran lansung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Pengajaran lansung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek dan kerja kelompok. Pengajaran lansung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang di tranformasikan lansung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan. Sintaks Model Pengajaran Lansung tersebut disajikan dalam 5 tahap, seperti yang ditunjukkan Tabel 3.1 berikut. Fase Peran Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. Fase 2 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap. Fase 3 Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari. Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presesntasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Dari tabel diatas secara terperinci diuaraikan fase-fase dari model pembelajaran lansung sebagai berikut. 1. Menyampaikan dan Menetapkan Tujuan Pembelajaran a. Menyampaikan Tujuan Pengajar memberikan penjelasan tujuan pembelajaran serta mempersiapkan siswa untuk belajar. Tujuan langkah ini untuk menarik perhatian dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi siswa agar berperan dalam pembelajaran. b. Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari. Menyiapkan siswa dapat dilakukan dengan cara menyampaikan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa yang mungkin akan mendukung pemahaman konsep atau pengetahuan prosedural yang akan diberikan. 2. Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan Saat mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan oleh guru yang perlu diperhatikan adalah kejelasan dalam melakukan dan menjelaskannya. Kunci untuk berhasil ialah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif. Kejelasan yang dicapai melalui perencanaan dan pengorganisasian materi dengan struktur yang baik. Agar kejelasan tahap demi tahap dicapai, sebaiknay guru membuat analisis tugas. Tujuan yang akan dicapai dipecah menjadi tujuan-tujuan langkah-langkah yang lebih kecil dan mengurutkannya mulai dari tugas akhir kemudian mundur selangkah demi selangkah. 3. Memberikan Latihan Terbimbing Dalam tahap ini perlu diperhatikan adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing” beberapa poin yang dapat dijadikan acuan, sebagai berikut. a. Berikan siswa kesempatan untuk melakukan latihan singkat dan bermakna. Jika keterampilannya kompleks, pada awal pelatihan perlu disederhanakan. b. Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari. Penguasaan demikian ditandai oleh kemampuan siswa melakukan keterampilan secara otomatis. 4. Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik Fase ini ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru kepada siswa dan siswa memberikan jawaban yang menurut pendapat mereka benar. Tugas paling penting bagi guru dalam menggunakan model pembelajaran lansung adalah memberikan siswa umpan balik yang bermakna dan pengetahuan tentang hasil latihan yang diperoleh siswa. Tanpa umpan balik spesifik, siswa tak mungkin dapat memperbaiki kekuarangan atau kesalahannya dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan keterampilan yang mantap. 5. Memeberikan Perluasan Latihan Mandiri Bentuk latihan mandiri dapat berupa pekerjaan rumah atau latihan mandiri yang digunakan untuk memperpanjang waktu belajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri diantaranya: a) pilih tugas mandiri yang dapat dikerjakan oleh siswa dirumah secara mandiri; b) tugas kelanjutan dari prosen pembelajaran, tetapi merupakan pelatihan atau persiapan untuk petemuan berikutnya. Dipihak lain seorang tokoh mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pemmbelajaran lansung, sebagai berikut: a. Guru memaparkan tujuan pembelajaran serta hal apa saja yang harus dipelajari oleh siswa. b. Guru memberikan apersepsi dalam bentuk review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Hal ini dilakukan untuk megungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa. c. Guru menyampaikan materi pelajaran secara lansung dnegan menyajikan informasi, meberikan contoh-contoh maupun mendemonstrasikan konsep. d. Guru melakukan pembimbingan, baik dengan memberikan pertanyaan untuk menguji pemahaman siswa maupun mengoreksi kesalahan konsep yang dilakukan oleh siswa. e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih secara individu atau kelompok berdasarkan pengetahuan baru yang telah diperolah termasuk melalui pembimbingan kembali. f. Guru memberikan latihan secara mandiri untuk meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang telah dipejari. C. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Lansung Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik model pengajaran lansung memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang jelas dari guru selama berlansungnya perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran dan waktu menilai hasilnya. Beberapa diantara tindakan-tindakan tersebut dapat dijumpai pada model-model pengajaran yang lain, langkah-langkah atau tindakan tertentu merupakan ciri khusus pengajaran lansung. Ciri utama unik terlihat dalam melaksanakan suatu pengajaran lansung adalah sebagai berikut: 1. Tugas-tugas Perencanaan Pengajaran lansung dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun model ini paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, musik dan pendidikan jasmani. Disamping itu pengajaran lansung juga cocok untuk mengajarkan komponen-komponen keterampilan dari mata pelajaran sejaran dan sains. a. Merumuskan Tujuan Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat digunakan model Mager. Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran khusus harus sangat spesifik. Tujuan yang ditulis dalam format Mager dikenal sebagai tujuan perilaku dan terdiri dari tiga bagian. 1) Perilaku siswa, apa yang akan dilakukan siswa/jenis-jenis perilaku siswa yang diharapkan guru untuk dilakukan sebagai bukti bahwa tujuan itu telah dicapai. 2) Situasi pengetesan, dibawah kondisi tertentu perilaku itu akan teramati atau diharapkan terjadi. 3) Kriteria kinerja, ditetapkan standar atau tingkat kinerja sebagai standar atau tingkat kinerja yang dapat diamati. Singkatnya, menurut Mager tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi) dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan). b. Memilih Isi Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahun mengajar, tidak dapat diharapkan akan menguasai sepenuhnya materi pelajaran yang diajarkan. Bagi mereka yang masih dalam proses menguasai sepenuhnya materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada GBPP kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu. c. Melakukan Analisis Tugas Analisis tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakikat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik yang akan diajarkan oleh guru. Ide yang melatar belakangi analisis tugas ialah bahwa informasi dan keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam kurun waktu tertentu. Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan, keterampilan dan pengertian kompleks itu lebih dahulu harus dibagi menjadi komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap. d. Merencanakan Waktu dan Ruang Pada suatu pengajaran lansung, merencanakan dan mengelola waktu merupakan kegiatan yang sangat penting. Ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh guru: (1) memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa, dan (2) memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. Mengenal dengan baik siswa-siswa yang akan diajar, sangat bermanfaat untuk menentukan alokasi waktu pembelajaran. Merencanakan dan mengelola ruang untuk pengajaran lansung juga sama pentingnya. 2. Langkah-langkah Pembelajaran Model Pengajaran Lansung Langkah-langkah pengajaran model pembelajaran lansung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Langkah-langkah pengajaran lansung meliputi tahapan sebagai berikut: a. Meyampaikan Tujuan dan Menyiapkan Siswa Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu. b. Menyampaikan Tujuan Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpatisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan bulletin yang berisi tahap tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. c. Menyiapkan Siswa Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memutuskan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang dipelajari. d. Presentasi dan Demonstrasi Fase kedua pengajaran lansung adalah melakukan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci untuk berhasil adalah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif. e. Mencapai Kejelasan Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik pada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Sementara itu para peneliti dan pengamat terhadap guru pemula dan belum berpengalaman menemukan banyak penjelasan yang kabur dan membingungkan. Hal ini pada umumnya terjadi pada saat guru tidak menguasai sepenuhnya isi pokok bahasan yang dikerjakannya dan tidak menguasai teknik komunikasi yang jelas. f. Melakukan Demonstrasi Pengajaran lansung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal daei mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, emnghindari siswa dari belajar melalui “trial and error”. g. Mencapai Pemahaman dan Penguasaan Untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar memerhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti bahwa jika guru menghendaki agar siswa-siswanya dapat melakukan sesuatu yang benar guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar. h. Berlatih Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang intensif dan memerhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan. i. Memberikan Latihan Terbimbing Salah satu tahappenting dalam pengajaran lansung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi membuat belajar berlansung dengan lancar dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru. j. Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik Tahap ini kadang-kadang disebut juga dengan tahap resitasi yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa dan guru memberikan respons terhadap jawaban siswa. k. Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri Pada tahap ini, guru memberikan tugas kepada siswa untuk menerpakan keterampilannya yang baru saja diperoleh secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan oleh siswa secara pribadi yang dilakukan dirumah atau diluar jam pelajaran. 3. Strategi Pembelajaran Modeling Satu ciri dalam pembelajaran lansung adalah diterapkannya strategi modeling. Strategi modeling adalah strategi yang dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa seseorang dapat belajar melalui pengamatan prilaku orang lain. Strategi belajar modeling berangkat dari teori belajar sosial yang juga disebut belajar melalui observasi atau menurut Arends disebut juga dengan teori pemodelan tingkah laku. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pembelajaran langsung mempunyai tujuan seperti berikut: direct intructions aims at accomplishing twon major learner outcomes: mastery of well structured academic content and acquistin of all kinds of skill. Artinya, pembelajaran langsung memiliki dua tujuan utama, yaitu agar siswa menguasai bahan pelajaran dan memiliki berbagai keterampilan. Menurut Arends (dalam Trianto, 2009) adalah suatu model pembelajaran dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting, yaitu : a. Fase 1 : Fase Penyampaian Tujuan b. Fase 2 : Fase Presentasi/Demonstrasi c. Fase 3 : Fase Pelatihan d. Fase 4 : Fase Pemahaman dan Umpan Balik e. Fase 5 : Fase Penerapan B. Saran Penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak kekurangan diantaranya adalah kurangnya referensi yang relevan dan pembahasan yang kurang detail. Dan kiranya makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi meningkatkan kesempurnaan makalah yang kami tulis ini.

Sunday 21 October 2018

DAMPAK TEORI KEPRIBADIAN MENURUT EYSENK

DAMPAK TEORI KEPRIBADIAN MENURUT EYSENK TERHADAP PENDIDIKAN TUGAS RESUME Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian oleh Bapak Fathol Haliq, M.Si. Di susun oleh: Nama : Badrud Tamam NIM :18201501010033 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN 2017 Dampak Teori kepribadian menurut eysenk terhadap pendidikan A. Kepribadian menurut Eysenk Kepribadian adalah sebenarnya merupakan seluruh potensi tingkah laku individu yang ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Kepribadian individu berasal dan berkembang oleh adanya interaksi empat faktor, yaitu inteleginsi, karakter, temperamen, dan somatic. B. Dimensi Kepribadian Tiga dimensi kepribadian Eysenck adalah Ekstraversi (E), Neurotisme (N), dan Psikotik (P). Eysenck berargumen bahwa setiap faktor memenuhi empat kriteria yang ia berikan untuk mengidentifikasikan dimensi kepribadian. 1. Ekstraversi Konsep yang dimiliki Eysenck mengenai ekstraversi dan introversi lebih dekat dengan penggunaan popular dari kedua istilah ini. Orang-orang ekstrover mempunyai karakteristik utama, yaitu kemampuan bersosialisasi dan sifat impulsif, senang bercanda, penuh gairah, cepat dalam berpikir, optimis, serta sifat-sifat lain yang mengindikasikan orang-orang yang menghargai hubungan mereka dengan orang lain. Orang-orang introvert mempunyai karakteristik sifat-sifat yang berkebalikan dari mereka yang ekstrover. Mereka dapat dideskripsikan sebagai pendiam, pasif, tidak terlalu bersosialisasi, hati-hati, tertutup, penuh perhatian, pesimistis, damai, tenang, dan terkontrol. Akan tetapi, menurut Eysenck, perbedaan paling mendasar antara ekstraversi dan introversi bukan terletak pada perilaku, melainkan pada sifat dasar biologis dan genetiknya. Eysenck yakin bahwa penyebab utama perbedaan antara orang ekstrover dan introvert adalah tingkat rangsangan kortikal-suatu kondisi fisiologis yang sebagian besar diwariskan secara genetic daripada dipelajari.oleh karena orang ekstrover mempunyai tingkat rangsangan kortikal yang lebih rendah daripada yang introvert, mereka mempunyai ambang sensoris yang lebih tinggi sehingga akan bereaksi lebih sedikit pada stimulus sensoris. Sebaliknya, orang-orang introvert mempunyai karakteristik berupa tingkat rangsangan kortikal yang lebih tinggi, sehingga mempunyai ambang sensoris yang lebih rendah dan mengalami reaksi yang lebih banyak pada stimulus sensoris. 2. Neurotisme Seperti ekstraversi-introversi, neurotisisme-kestabilan mempunyai komponen hereditas yang kuat. Eysenck menyatakan bahwa beberapa penelitian yang menemukan bukti dasar genetik dari trait neurotik, seperti gangguan kecemasan, histeria, dan obsesif- kompulsif. Juga ada keseragaman antara orang kembar-identik lebih dari kembar- fraternal dalam hal jumlah tingkah laku antisosial dan asosial seperti kejahatan orang dewasa, tingkah laku menyimpang pada anak-anak, homoseksualitas, dan alkoholisme. Orang-orang yang mempunyai skor tinggi dalam neurotisme mempunyai kecenderungan untuk bereaksi berlebihan secara emosional, dan mempunyai kesulitan untuk kembali ke kondisi normal setelah tersimulasi secara emosional. Mereka sering mengeluhkan gejala-gejala fisik, seperti sakit kepala dan sakit punggung, serta mempunyai masalah psikologis yang kabur, seperti kekhawatiran dan kecemasan.Akan tetapi, neurotisme tidak selalu mengindikasikan suatu neurosis dalam artian tradisional dari istilah tersebut. Orang dapat saja mempunyai skor tinggi dlam neurotisme, tetapi terbebas dari gejala psikologis yang bersifat menghambat. Neurotisme dapat dikombinasikan dengan titik-titik yang berbeda-beda dalam skala ekstravers, tidak ada satu sindrom yang dapat mendefinisikan perilaku neurotis.Teknik analisis factor Eysenck mengasumsikan indepedensi factor-faktor, yaitu bahwa skala neurotisme mempunyai sudut siku-siku dengan skala ekstraversi (mengindikasikan kolerasi nol). Oleh karna itu, beberapa orang dapat mempunyai skor yang tinggi dalam skala N, tetapi menunjukkan gejala-gejala yang berbeda, bergantung pada derajat ekstraversi atau introversi mereka. Beriut gambar hubungan Ekstrover-Introver dan Neurotisme-Kestabilan. 3. Psikotik Teori awal Eysenck mengenal kepribadian didasrai oleh dua dimensi kepribadian- ekstraversi dan neurotisme. Setelah beberapa tahun merujuk psikotik (P) secara tidak langsung sebagai faktor independen kepribadian, Eysenck akhirnya menaikkannya ke posisi yang setara dengan E dan N. Seperti ekstraversi dan neurotisme, P adalah faktor yang bersifat bipolar, dengan psikotik dalam satu kutub dan superego dalam kutub yang lainnya. Orang dengan skor P tinggi biasanya egosentris, dingin, tidak mudah menyesuaikan diri, impulsif, kejam, agresif, curiga, psikopatik, dan antisosial. Orang dengan skor psikopatik yang rendah (yang mengarah pada fungsi superego) cenderung bersifat altruis, mudah bersosialisasi, empati, peduli, kooperatif, mudah menyesuaikan diri, dan konvensional. Eysenck memiliki hipotesis bahwa orang-orang yang memiliki skor psikotik yang tinggi mempunyai “predisposisi untuk menyerah pada stres dan mempunyai penyakit psikotok” yang tinggi. Model diatesis-stres ini mengidendikasikan bahwa orang-orang yang mempunyai skor P yang tinggi, secara genetis lebih rentan terhadap stres dari pada yang mempunyai skor P yang rendah. Pada periode stres yang rendah, orang dengan skor P tinggi masih dapat berfungsi dengan normal, tetapi saat tingkat psikotik yang tinggi berinteraksi dengan kadar stres yang juga tinggi, orang tersebut menjadi lebih rentan terhadap gangguan psikotik. Sebaliknya, orang dengan skor P rendah tidak terlalu rentan pada psikosis yang berhubungan dengan stres, dan mungkin tidak akan mengalami kehancuran secara psikotik pada periode stres yang ekstrem. Menurut Eysenck, semakin tinggi skor psikotik, semakin rendah kadar stres yang dibutuhkan untuk menimbulkan reaksi psikotik. Dengan demikian, pandangan Eysenck terhadap kepribadian memperbolehkan setiap orang untuk diukur dalam tiga faktor yang independen, dan skor yang dihasilkan akan dipetakan pada ruang dengan tiga koordinat. Sebagai contoh, orang F pada gambar dibawah memiliki skor yang cukup tinggi pada superego, tinggi pada ekstraversi, dan berada mendekati titik tengah pada skala neurotisme/stabilitas. Dalam bentuk yang serupa, skor dari masing-masing orang dapat di dalam ruang tiga dimensi. C. Dampak teori kepribadian Eysenk Dari penjelasan diatas dapatlah diambil kesimpulan beberapa dampak kepribadian menurut Eysenk yang sudah menjadi temuan riset terhadap pendidikan. Hasil penelitian ini berupa keadaan siswa atau mahasiswa yang mempunyai kepribadian ekstrover atau introver. Kebiasaan ekstrover dan introver menjadi perhatian khusus bagi para mahasiswa. Riset tersebut menguji apakah perbedaan kepribadian tersebut diasosiasikan dengan perbedaan pemilihan dan bagaimana cara belajar. Sesuai dengan teori perbedaan individual Eysenk, ditemukan beberapa hal berikut: 1. Siswa ekstrover lebih sering memilih belajar dilokasi perpustakaan yang memberikan stimulasi eksternal disbanding siswa introver. 2. Ekstrover mengambil istirahat belajar yang lebih banyak disbanding introver. 3. Ekstrover memilih tingkat suara yang lebih tinggi dan peluang sosialisaiyang lebih banyak dibandingkan introver. Jadi, dengan adanya teori kepribadian Eysenk guru dapat mengetahui apa hal yang cocok bagi siswa yang ia ajarkan. Guru dapat mengembangkan motivasi siswa dengan menciptakan suatu lingkungan belajar yang menyenangkan dan memotivasi siswanya. Guru harus jeli dalam melihat kelompok siswa yang ada dikelasnya, apakah tipe individualis, kooperatif, atau kompetitif. Daftar Pustaka Prawira, Purwa Atmaja, psikologi kepribaian, Jogjakarta: Ar-ruzz Media,2013. Pervin, Lawrence A., Psikologi kepriadian, teori dan penelitian, Jakarta: Prenada Media Group, 2004.

Strategi pembelajaran

PEMBAHASAN A. Pengertian Strategi Pembelajaran Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda yaitu stategos merupakan gabungan kata “stratos” (militer) dengan “ago” (memimpin). Sedangkan sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Dalam kamus The American Herritage Dictionary dikemukakan bahwa strategy is the art or skill of using stategents in politics, business, courtship, or the like. Hardy mengemukakan strategi sebagai suatu pola yang direncanakan untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Sedangkan istilah pembelajaran (intruction) merupakan upaya membelajarkan seseorang melalui berbagai upaya, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Gagne dan Briggs (1979) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi peserta didik sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah. Pada dasarnya pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieve a particular educational goal (J.R.David,1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Wina Sanjaya (2006) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Kemp (1995), mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. B. Metode Pembelajaran Metode menurut J.R.David dalam Teaching Strategies For College Class Room (1976) ialah “a way in achieving something” (cara untuk mencapai sesuatu). Untuk melakukan strategi digunakan seperangkat metode pengajaran tertentu. Dalam pengertian demikian maka metode pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi pembelajaran. Dalam bahasa arab, metode dikenal dengan istilah at-thariq yang berarti jalan atau cara. Metode digunakan untuk mengkreasi lingkungan belajar yang di dalamnya melibatkan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi tidak menutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapaat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, di antaranya: 1. Metode ceramah Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ceramah merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori. 2. Metode demonstrasi Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif untuk membantu peserta didik dalam mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu baik sebenarnya atau sekedar tiruan. 3. Metode simulasi Metode simulasi merupakan salah satu metode yang diturunkan dari strategi pembelajaran bermain peran (role playing). Simulasi dapat diartikan dengan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. 4. Metode diskusi Diskusi adalah suatu proses pertemuan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan tertentu melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah. Metode diskusi merupakan salah satu metode yang diturunkan dari strategi pembelajaran partisipatif (Participative Teaching and Learning). 5. Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan peserta didik. Metode ini merupakan salah satu dari implementasi strategi pembelajaran partisipasi (Participative Teaching and Learning) atau strategi pembelajaran ekspositori. 6. Metode sistem regu (Team Teaching) Team teaching pada dasarnya ialah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok peserta didik, jadi kelas dihadapi beberapa guru. Metode team teaching merupakan implementasi dari salah satu atau gabungan dari beberapa strategi pembelajaran antara lain: bermain peran, pembelajaran partisipatif dan strategi pembelajaran ekspositori. 7. Metode kerja kelompok Metode kerja kelompok merupakan implementasi dari slah satu atau gabungan dari beberapa strategi pembelajaran, antara lain: pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), bermain peran (Role Playing), dan pembelajaran partisipatif (Participative Teaching and Learning). 8. Metode karyawisata (Field Trip) Karyawisata disini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. contoh: mengajak peserta didik ke gedung pengadilan untuk mengetahui sistem dan proses peradilan dalam satu jam pelajaran. Jika karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour. C. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah gambaran kecil dari sebuah pembelajaran secara keseluruhan. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran termasuk penggunaan media pembelajaran secara umum seperti buku-buku, komputer, dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan efektif dan efisien. Bruce Joyce dan Marsha Well dalam Dedi Supriawan dan A.Benyamin Surarega (1990) mengelompokkan model pembelajaran menjadi 4 kelompok, yaitu: 1. Model interaksi sosial Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Metode ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together). 2. Model proses informasi Model ini berdasarkan teori belajar kognitif dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. 3. Model personal Model ini bertitik tolak dari teori humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu. 4. Model sistem perilaku Model sistem perilaku menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta didik. Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memaniulasi peneguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku. Model pembelajaran ini dapat dijadikan pola pilihan bagi guru, artinya guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. D. Teknik Pembelajaran Dalam konteks pembelajaran, teknik adalah salah satu cara yang ditempuh guru untuk mengimplementasikan metode pembelajaran tertentu. Dalam hal ini, guru pun dapat menggunakan teknik yang berbeda meskipun dalam koridor metode yang sama. Secara teoritik begitu banyak teknik pembelajaran salah satu di antaranya sebagai berikut: 1. Teknik pembelajaran untuk mengaktifkan kelompok Proses belajar akan lebih aktif jika guru dapat mengkondisikan agar peserta didik terlibat secara aktif dan menciptakan hubungan yang dinamis antara peserta didik satu dengan peserta didik yang lain. Berikut ini beberapa jenis teknik pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengaktifkan peserta didik secara kolektif. a. Listening Team Teknik ini dimkasudkan untuk mengaktifkan seluruh peserta didik dengamembag peserta didik secara berkelompok dan memberikan tugas yang berbeda kepada masing-masing kelompok tersebut. b. Membuat Catatan Terbimbing Teknik ini guru memberikan satu barang yang disiapkan untuk mendorong peserta didik mencatat selagi guru mengajar. c. Pembelajaran Terbimbing Dalam teknik ini guru menanyakan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka pelajaran. Cara ini merupakan modifikasi dari metode ceramah secara langsung. d. Pertanyaan Kelompok (Team Quiz) Teknik tim ini dapat meningkatkan kemampuan tangung jawab peserta didik tentang apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan. e. Perdebatan Aktif Perdebatan aktif merupakan metode pembelajaran yang dilaksanakan dalam diskusi. Artinya, perdebatan ini dapat menjadi sebuah metode untuk mengembangkan pemikiran dan refleksi peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik diposisikan secara berhadapan. 2. Teknik pembelajaran untuk mengaktifkan individu a. Teknik Membaca dengan Keras (Reading Aloud) Membaca suatu teks dengan keras dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan meransang diskusi. Teknik ini mempunyai efek pada memusatkan perhatan dan membuat suatu kelompok yang kohesif. b. Setiap orang adalah guru (Everyone is a Theacher Here) Ini merupakan sebuah teknik yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Teknik ini memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar” terhadap peserta didik yang lain. c. Menulis Pengalaman Secara Langsung (Writing In The Here And Now) Dengan teknik menulis ini dapat membantu peserta didik merefleksikan pengalaman-pengalaman yang telah mereka alami. E. Taktik Pembelajaran Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalnya,walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode yang sama dalam situasi dan kondisi yang sama, akan tetapi taktik yang digunakan harus berbeda. Karena dalam hal ini, akan tampak keunikan ataupun kekhasan gaya pembelajaran yang dimiliki masing-masing guu sesuai dengan pengalaman, kemampuan, dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus seni bagi masing-masing guru. F. Pendekatan pembelajaran Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris “approach” yang memiliki beberapa arti di antaranya diartikan sebagai “pendekatan”. Dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan sebagai a way of beginning something (cara memulai sesuatu). Oleh karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan sebagai “cara memulai pembelajaran”. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran. Menurut Philip R.Wallace (1992), pendekatan pembelajaran dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pendekatan konservatif (concervative approaches) dan pendekatan liberal (liberal approaches). Pendekatan konservatif (concervative approaches) memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagimana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru yang mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima. Sedangkan pendekatan liberal (liberal approaches) adalaha pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengembangkan strategi belajarnya sendiri. Istilah pendekatan konservatif ini disebut juga sebagai pendekatan yang berpusat pada guru (teacher entered approach) sedangkan pendekatan liberal disebut juga sebagai pendekatan yang berpusat kepada siswa (student centered approach). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara umum yang ditempuh oleh gury dalam proses membelajarkan siswa. G. Prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran Prinsip-prinsip dalam bahasan ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Killen (1998), mengemukakan “ No teaching strategy is better than others in all circumtanse, so you have to be able to use a variety of teaching strategies, and make rational decisions about when each of the teaching strategies is likely to most effective”. Killen mengatakan bahwa guru harus mampu memilih strategi yng dianggap cocok dengan situasi dan keadaan. Oleh sebab itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut: 1. Berorientasi pada tujuan Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan peserta didik mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sebab pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Oleh karenanya, efektivitas pengembangan pengalaman belajar ditentukan dari keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. 2. Aktivitas Belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman belajar peserta didik harus dapat menndorong peserta didik agar bisa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivtas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas psikis seperti aktivitas mental. 3. Individualitas Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Pleh sebab itu, pengalaman belajar dirancang untuk setiap peserta didik. Walaupun kita mengajar pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin dicapai ialah perubahan perilaku setiap peserta didik. 4. Integritas Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, melainkan juga pada pengembangan aspek afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu, merancang pengalaman belajar peserta didik, harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian peserta didik secara terintegrasi. 5. Motivasi Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan peserta didik. Tanpa adanya motivasi, peserta didik tidak memiliki kemauan untuk belajar. oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam proses pembelajaran. Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang memungkinkan peserta didik untuk melakukan sesuatu. Untuk membangkitkan motivasi peserta didik, guru harus dapat menunjukkan betapa pentingnya pengalaman dan pembelajaran bagi peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik akan belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh pujian ataupun nilai, melainkan peserta didik didorong oleh keinginan mereka masing-masing untuk memenuhi kebutuhannya.

Perencanaan Pebelajaran PAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah menganalisis perkembangan peserta didik dan merumuskan tujuan pembelajaran berbasis pencapaian kompetensi, langkah selanjutnya dalam mendesain pembelajaran berbasis pencapaian kompetensi adalah merancang materi pembelajaran berbasis pencapaian kompetensi. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa materi pembelajaran yang hendak dirancang tersebut, dirancang oleh guru berdasarkan tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam seperangkat kompetensi yang ada pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD). Jika kita tinjau kedudukan materi pembelajaran dalam konteks kurikulum, terdapat kesenjangan pada kurikulum 2006. Dalam implementasi kurikulum 2006, materi pembelajaran dinilai belum relevan dengan kompetensi yag dibutuhkan oleh peserta didik. Kemudian, dalam kurikulum 2006 materi pembelajaran juga masih terlalu luas dan kurang mendalam. Alhasil, materi yang terlalu luas tersebut hanya membuat beban belajar peserta didik terlalu berat. Melihat kesenjangan di atas maka dalam implementasi kurikulum 2013 materi pembelajaran yang di desain oleh guru diharapkan dapat relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta didik, dan materi pembelajaran tersebut merupakan materi esensial. Idealisme dalam implementasi kurikulum 2013 dalam hal materi pembelajaran tersebut dapat terwujud apabila guru dapat merancang materi pembelajaran berbasis kompetensi. Itulah salah satu sebab mengapa dapat dikatakan bahwa desain pembelajaran berbasis pencapaian kompetensi dapat mendukung implementasi kurikulum 2013. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian materi pembelajaran ? 2. Bagaimana klasifikasi materi pembelajaran ? 3. Bagaimana sumber materi pembelajaran ? 4. Bagaimana pengorganisasian materi pembelajaran ? 5. Bagaimana pengemasan materi pembelajaran ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian materi pembelajaran 2. Untuk mengetahui klasifikasi materi pembelajaran 3. Untuk mengetahui sumber materi pembelajaran 4. Untuk mengetahui pengorganisasian materi pembelajaran 5. Untuk mengetahui pengemasan materi pembelajaran BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Materi Pembelajaran Kata materi ini sering kali kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diungkapkan bahwa materi diartikan ke dalam dua hal, antara lain sebagai berikut: (a) materi diartikan sebagai benda atau bahan atau segala sesuatu yang dapat dilihat oleh mata dan dapat disentuh; (b) materi diartikan sebagai sesuatu yang menjadi bahan untuk dipikirkan, dibicarakan, dikarang, dan diuji. dari arti materi di atas, tampaknya arti materi yang kedualah yang pas atau dapat dikaitkan dengan materi pembelajaran. Jadi mudahnya, secara bahasa materi pembelajaran merupakan bahan yang dipikirkan, dibicarakan, dibahas, dan diujikan dalam kegiatan belajar peserta didik. Kemudian secara istilah, An Nahlawi mengungkapkan bahwa materi pembelajaran merupakan bahan berupa pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam memenuhi kompetensi yang telah ditetapkan. Bahan atau materi pelajaran (learning materials) adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Materi pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan dalam pengajaran yang berpusat pada materi pelajaran (subject-centered teaching), materi pelajaran merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Menurut subject centered teaching keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh seberapa banyak siswa dapat menguasai materi kurikulum. Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude). Pengetahuan menunjuk pada informasi yang disimpan dalam pikiran (mind) siswa, dengan demikian pengetahuan berhubungan dengan berbagai informasi yang harus dihafal dan dikuasai oleh siswa, sehingga manakala diperlukan siswa dapat mengungkapkan kembali. Keterampilan (skill) menunjuk pada tindakan-tindakan (fisik dan non-fisik) yang dilakukan seseorang dengan cara yang kompetenuntuk mencapai tujuan tertentu. Sikap menunjuk pada kecenderungan seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini kebenarannya oleh siswa. Berdasarkan berbagai pengertian di atas maka materi pembelajaran haruslah dirancang oleh guru berdasarkan kompetensi yang telah ditetapkan dan hendak dicapai. Dapat juga dikatakan materi pembelajaran merupakan operasionalisasi ataupun penjabaran dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Standar Dasar (KD). B. Klasifikasi Materi Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, materi pembelajaran bukanlah tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran merupakan sarana untuk mencapai seperangkat kompetensi sebagai tujuan pembelajaran. Itulah sebabnya penentuan materi pembelajaran harus disusun berdasarkan berbagai kompetensi yang hendak dicapai. Mudahnya materi pembelajaran tersebut harus mengantarkan peserta didik menjadi sosok individu sebagaimana yang dideskripsikan dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD). Untuk dapat merancang materi pembelajaran maka terlebih dahulu guru harus mengetahui bagaimana klasifikasi materi pembelajaran. Darwyn Syah mengungkapkan bahwa setidaknya ada sembilan macam materi pembelajaran, antara lain: a. Konsep, yaitu gagasan atau ide-ide yang memiliki ciri-ciri umum, misalnya beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia; b. Prinsip, yaitu kebenaran dasar yang menjadi titik tolak untuk berpikir dan sebagainya; c. Definisi, yaitu kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, serta ciri-ciri utama dari orang, benda, proses, dan aktivitas; d. Konteks, yaitu suatu uraian kalimat yang mendukung atau menjelaskan makna atau situasi yang dihubungkan dengan suatu kejadian; e. Data, yaitu keterangan yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian, baik berbentuk angka-angka maupun bukan angka yang diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis serta pengalaman; f. Fakta, merupakan suatu keadaan atau peristiwa yang telah terjadi, dikerjakan, maupun dialami; g. Proses merupakan serangkaian peristiwa yang merupakan gerakan-gerakan perkembangan dari suatu benda atau manusia; h. Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan, diinginkan, dan dicita-citakan oleh suatu masyarakat dan merupakan pengakuan masyarakat secara umum mengenai ukuran baik dan buruk; i. Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan dan mengerjakan sesuatu secara jasmaniah, misalnya menulis, membaca, berlari, berwudhu, gerakan shalat, dan sebagainya serta keterampilan ruhaniah seperti berpikir, menganalisis, membedakan dan sebagainya. Kemudian Merril mengklasifikasikan materi pembelajaran menjadi empat macam sebagai berikut: a. Fakta, yaitu sifat dari satu gejala, peristiwa, dan benda yang wujud atau bentuknya dapat ditangkap oleh pancaindra. Misalnya, “Baitullah terletak di kota Mekkah”, itu merupakan fakta karena memang kenyataannya demikian. Demikian juga “seorang Muslim yang berwudhu dengan menggunakan air”, hal ini merupakan suatu fakta yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Fakta merupakan materi pembelajaran yang teramat sederhana karena materi pembelajaran ini bersifat mengikat hal-hal yang spesifik. b. Konsep, yaitu abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat. Suatu konsep memiliki bagian yang dinamakan atribut. Atribut sendiri merupakan karakteristik yang dimiliki suatu konsep. Misalnya, puasa merupakan suatu konsep yang memiliki atribut tertentu yang berbeda dengan atribut yang dimiliki oleh konsep “zakat”. Pemahaman tentang suatu konsep harus didahului dengan pemahaman tentang data dan fakta sebab atribut sendiri pada dasarnya merupakan sejumlah fakta yang terkandung dalam konsep. c. Prosedur merupakan materi pembelajaran yang berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk menjelaskan langkah-langkah secara sistematis tentang sesuatu. Misalnya, prosedur tentang langkah-langkah melakukan tayammum, melakukan wudhu, langkah-langkah memandikan jenazah, dan lain sebagainya. d. Prinsip, yaitu hubungan antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara empiris sehingga dapat digeneralisasikan. Misalnya, prinsip tentang ibadah maghdhah yang merupakan gabungan-gabungan dari konsep shalat, zakat, puasa, dan haji. Materi pembelajaran tentang prinsip akan lebih sulit jika dibandingkan dengan fakta atau konsep karena seseorang akan dapat menarik suatu prinsip apabila sudah memahami berbagai fakta dan konsep yang relevan. Sementara menurut Hilda Taba materi pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi empat tingkatan, antara lain sebagai berikut. a. Fakta khusus, merupakan bentuk materi pembelajaran yang sangat sederhana. Biasanya fakta khusus ini merupakan suatu informasi yang tingkat kegunaannya paling rendah. Misalnya, rukun Islam ada lima, jumlah rakaat shalat jum’at adalah dua rakaat, puasa adalah ibadah dalam bentuk menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu. b. Ide-ide pokok yang berupa prinsip atau generalisasi. Memahami ide pokok dalam materi pembelajaran menjadikan guru dapat menjelaskan sejumlah gejala spesifik atau sejumlah materi pembelajaran. c. Konsep. Menurut Hilda Taba memahami konsep berarti memahami sesuatu yang abstrak sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir lebih radiks. Konsep dapat muncul dalam berbagai konteks sehingga pemahaman tentang konsep akan terkait dalam berbagai situasi. Misalnya, konsep tentang kebersihan, toleransi, kerukunan antar-umat beragama, kejujuran, dan sebagainya. d. Sistem berpikir. Sistem berpikir ini berhubungan dengan kemampuan untuk memecahkan masalah secara empiris, sistematis, dan terkontrol yang kemudian dinamakan dengan istilah berpikir ilmiah. Setiap disiplin ilmu memiliki sistem berpikir yang tidak sama begitu juga dengan sistem berpikir pada suatu materi pembelajaran, tentu tidak sama. Oleh karena itu, suatu materi pembelajaran harus disesuaikan dengan disiplin ilmunya karena materi pembelajaran erat kaitannya dengan struktur keilmuan. Dari kedua pengklasifikasian materi pembelajaran di atas, pada dasarnya materi pembelajaran diklasifikasikan ke dalam enam tingkatan, antara lain: a. Konsep. b. Fakta. c. Prosedur d. Prinsip. e. Nilai. f. Keterampilan. C. Sumber Materi Pembelajaran Dalam pembelajaran konvensional, sering guru menentukan buku teks sebagai satu-satunya sumber materi pelajaran. Bahkan, pembelajaran yang berorientasi kepada kurikulum subjek akademis, buku teks yang telah disusun oleh para pengembang kurikulum merupakan sumber utama. Dengan demikian, perubahan atau penyempurnaan kurikulum, pada dasarnya adalah penyempurnaan dan perubahan buku ajar. Akibatnya, ketika terjadi perubahan kurikulum, maka selalu diikuti oleh perubahan buku pelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sumber diartikan sebagai tempat keluar dan asal sesuatu. Jadi, sumber materi pembelajaran dapatlah diartikan sebagai asal bahan yang dipikirkan, dibicarakan, dibahas, dan diujikan dalam kegiatan belajar peserta didik. Dalam implementasi kurikulum 2006, sumber materi pembelajaran sebagian besar berasal dari buku teks yang memuat materi bahasan sehingga sifat pembelajaran lebih berorientasi pada buku teks. Sementara dalam implementasi kurikulum 2013 sifat pembelajaran haruslah kontekstual dan buku teks tidaklah dijadikan sebagai satu-satunya sumber materi pembelajaran. Sumber materi pelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Tempat atau lingkungan Lingkungan merupakan sumber pelajaran yang sangat kaya sesuai dengan tuntutan kurikulum. Ada dua bentuk lingkungan belajar, yakni, pertama lingkungan atau tempat yang sengaja di desain untuk belajar siswa seperti laboratorium, perpustakaan, ruang internet, dan lain sebagainya. Lingkungan semacam ini dikenal dengan lingkungan by disign, karena tempat semacam ini dirancang untuk proses pembelajaran. Kedua, lingkungan yang tidak di desain untuk proses pembelajaran akan tetapi keberadaannya dapat dimanfaatkan, misalnya halaman sekolah, taman sekolah, kantin, kamar mandi, dan lain sebagainya. Lingkungan yang demikian dikenal dengan lingkungan yang bersifat by utilization. Kedua bentuk lingkungan ini dapat dimanfaatkan oleh setiap guru karena memang selain memiliki informasi yang sangat kaya untuk mempelajari materi pelajaran, juga dapat secara langsung dijadikan tempat belajar siswa. b. Orang atau narasumber Pengetahuan itu tidak statis, akan tetapi bersifat dinamis, yang terus berkembang sangat cepat. Oleh karena perkembangan yang cepat itu, kadang-kadang apa yang disajikan dalam buku teks tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir. Misalnya peraturan dan undanf-undang baru mengenai sesuatu, penemuan-penemuan baru dalam berbagai ilmu pengetahuan mutakhir, seperti munculnya berbagai jenis penyakit misalnya flu burung, sapi gila, dan lain sebagainya serta berbagai jenis rekayasa genetik; munculnya berbagai fenomena alam serta pengaruhnya terhadap gejala-gejala sosial dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu tidak mungkin dipahami oleh guru, maka untuk mempelajari konsep-konsep baru semacam itu, guru dapat menggunakan orang-orang yang lebih menguasai persoalan misalnya dengan mengundang dokter, polisi dan lain sebagainya sebagai sumber bahan pelajaran. c. Objek Objek atau benda yang sebenarnya merupakan sumber informasi yang akan membawa siswa pada pemahaman yang lebih sempurna tentang sesuatu. Mempelajari bahan pelajaran dari benda yang sebenarnya bukan hanya dapat menghindari kesalahan persepsi tentang isi pelajaran, akan tetapi juga dapat membuat pelajaran lebih akurat disamping motivasi belajar siswa akan lebih baik. d. Bahan cetak dan noncetak Bahan cetak (printed material) adalah berbagai informasi sebagai materi pelajaran yang disimpan dalam berbagai bentuk tercetak seperti buku, koran, majalah, dan lain sebagainya. Sedangkan bahan noncetak adalah informasi sebagai materi pelajaran, yang disimpan dalam berbagai bentuk alat komunikasi eletronik yang biasanya berfungsi sebagai media pembelajaran misalnya dalam bentuk kaset, video, komputer, CD, dan lain sebagainya. D. Pengorganisasian materi pembelajaran Setelah guru sebagai seorang desainer pembelajaran dapat memahamai tentang pengertian materi pembelajaran, mengelompokkan materi pembelajaran dan menemukan berbagai sumber materi pembelajaran, langkah selanjutnya dalam merancang materi pembelajaran adalah guru mengorganisasikan materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai. Pengorganisasian materi tersebut merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran. Kegiatan pengorganisasian materi pembelajaran ini terdiri dari dua langkah, yaitu memilih materi pembelajaran dan menyusun materi pembelajaran. Keduanya dijelaskan berikut ini. a. Memilih materi pembelajaran Pemilihan materi pembelajaran bukanlah hal yang mudah, kadang guru merasa kesulitan saat memilih materi pembelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam berbagai kompetensi. Kesulitan-kesulitan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini: 1. Terlalu banyaknya atau terlalu sedikitnya sumber materi pembelajaran yang tersedia. 2. Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang teramat cepat sehingga materi pembelajaran dapat berubah setiap saat. 3. Perubahan standardisasi sistem evaluasi atau standar penilaian pendidikan. Kemudian, Suwardi mengungkapkan bahwa setidaknya ada empat langkah yang harus diperhatikan dan dijadikan bahan pertimbangan oleh guru dalam memilih materi pembelajarannya, antara lain sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi serta menentukan pokok bahasan yang relevan dengan kompetensi yang hendak dicapai. Misalnya Kompetensi Dasar pada mata pelajaran PAI di SD Kelas IV adalah “memiliki sikap beriman kepada malaikat-malaikat Allah Swt. yang tecermin dari perilaku kehidupan sehari-hari” maka pokok bahasan yang relevan adalah “beriman kepada malaikat-malaikat Allah Swt. 2. Setelah menentukan pokok bahasan dalam materi pembelajarannya, kemudian guru memerinci pokok bahasan tersebut menjadi sub pokok bahasan. Misalnya pokok bahasan “beriman keapada malaikat-malaikat Allah Swt”, subpokok bahasannya seperti pengertian malaikat, jumlah malaikat, tugas-tugas malaikat, hikmah beriman kepada malaikat dan contoh perilaku yang mencerminkan beriman kepada malaikat. 3. Kemudia guru mencari berbagai sumber materi pembelajaran untuk mendapatkan materi yang relevan dan kontekstual dengan masing-masing subpoko bahasan. 4. Langkah terakhir adalah guru mengidentifikasi dan menentukan materi pembelajaran yang benar-benar relevan dengan masing-masing subpokok bahasan yang hendak disampaikan dalam proses pembelajaran. b. Menyusun materi pembelajaran Langkah selanjutnya setelah guru memilih materi pembelajaran yang diajarkan berdasarkan kompetensi yang hendak dicapainya adalah guru menyusun materi pembelajaran tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh dan dengan sistematika yang logis. Dalam penyusunannya guru hendaknya memerhatikan tiga hal sebagai berikut. 1. Materi pembelajaran hendaknya disusun dari materi pembelajaran yang sederhana ke materi pembelajaran yang kompleks. 2. Materi pembelajaran disusun dari materi pembelajaran yang dianggap mudah hingga ke materi pembelajaran yang dianggap sukar. 3. Dalam menyusun materi, sebaiknya guru mengawalinya dengan materi pembelajaran yang termasuk konsep. E. Pengemasan materi pembelajaran 1. Prinsip pengemasan Materi pembelajaran pada hakikatnya adalah pesan-pesan yang ingin kita sampaikan pada anak didik untuk dikuasai. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan baik berupa ide, data/fakta, konsep dan lain sebagainya, yang dapat berupa kalimat, tulisan, gambar, peta, ataupun tanda. Pesan yang disampaikan melalui bahasa verbal atau nonverbal. Pesan yang disampaikan perlu dipahami oleh siswa, sebab manakala tidak dipahami maka pesan tidak akan menjadi informasi yang bermakna. Adakalanya suatu pesan tidak diterima oleh penerima pesan (siswa) atau tidak sesuai dengan maksud pengirim pesan (guru). Hal ini perlu diwaspadai oleh sebab salah pengertian dalam menerima pesan bisa berakibat kesalahan dalam menanamkan informasi. Agar pesan yang ingin disampaikan bermakna sebagai bahan pelajaran, maka ada sejumlah kriteria yang harus diperhatikan di antaranya adalah sebagai berikut: a. Novelty, artinya suatu pesan akan bermakna apabila bersifat baru atau mutakhir. Pesan yang usang atau yang sebenarnya telah diketahui oleh siswa, maka akan memengaruhi tingkat motivasi dan perhatian siswa dalam mempelajari bahan pelajaran. b. Proximity, artinya pesan yang disampaikan harus sesuai dengan pengalaman siswa. Pesan yang disajikan jauh dari pengalaman siswa cenderung akan kurang di perhatikan. c. Conflict, artinya pesan yang disajikan sebaiknya dikemas sedemikian rupa sehingga menggugah emosi. Memang hal ini tidaklah mudah sebab tidak semua materi pelajaran bisa dikemas seperti itu. Akan tetapi, seorang perencana yang baik mestinya berusaha ke arah itu. Materi pelajaran yang mampu membawa emosi audience seperti siswa cenderung akan diperhatikan. d. Humor, artinya pesan yang disampaikan sebaiknya dikemas sehingga menampilkan kesan lucu. Pesan yang dikemas dengan lucu cenderung akan lebih menarik perhatian. Pengemasan materi dan pesan pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara yakni pengemasan secara visual dan pengemasan dalam bentu cetakan. Dalam bentuk apa pun pengemasan pesan dan bahan pelajaran harus memerhatikan kriteria di atas. Beberapa pertimbangan teknis dalam mengemas isi atau materi pembelajaran menjadi bahan belajar diantaranya adalah: a. Kesesuaian dengan tujuan yang harus dicapai Kesesuaian antara pengemasan bahan pelajaran dengan tujuan yang harus dicapai, seperti yang dirumuskan dalam kurikulum secara teknis harus menjadi pertimbangan pertama, sebab dalam pendekatan sistem tujuan adalah komponen utama dalam proses pembelajaran. Artinya apa pun yang direncanakan termasuk pengemasan materi pelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. b. Kesederhanaan Bahan pelajaran dikemas dengan tujuan untuk mempermudah siswa belajar. Dengan demikian, kesederhanaan pengemasan merupakan salah satu pertimbangan yang harus diperhatikan. c. Unsur-unsur desain pesan Dalam setiap kemasan sebaiknya terdapat unsur gambar dan caption. Pengemasan materi yang hanya terdiri atas gambar atau caption saja akan mengurangi makna dan penyajian informasi. Agar mudah dipahami, maka penyajian pesan dan informasi harus menyertakan unsur gambar dan caption. d. Pengorganisasian bahan Bahan pelajaran sebaiknya disusun dalam bagian-bagian menuju keseluruhan. Bahan pelajaran akan lebih mudah dipahami manakala disusun dalam bentuk unit-unit terkecil atau dalam bentuk pokok-pokok bahasan yang dikemas secara induktif e. Petunjuk cara penggunaan Dalam bentuk apa pun pengemasan materi harus disusun petunjuk cara penggunaannya. Hal ini sangat penting, apalagi seandainya bahan ajar dikemas untuk pembelajaran mandiri seperti modul, pengajaran berprogram atau mungkin CD interaktif dan pembelajaran melalui kaset. 2. Bentuk-bentuk pengemasan Materi pelajaran yakni, berbagai informasi yang harus dipahami siswa dapat dikemas dalam berbagai bentuk. Di bawah ini disajikan beberapa bentuk pengemasan materi pelajaran. a. Materi pelajaran terprogram Materi pelajaran terprogram adalah salah satu bentuk penyajian materi pembelajaran individual, sehingga materi pelajaran dikemas untuk dapat dipelajari secara mandiri. Terdapat beberapa ciri dari materi pelajaran terprogram ini. 1. Materi pelajaran disajikan dalam bentuk unit atau bagian terkecil 2. Menuntut aktivitas siswa 3. Mengetahui dengan segera setiap selesai mempelajari materi pelajaran. Materi terprogram bisa dikemas dalam bentuk tercetak (printed material), yang kemudian dikenal dengan pengajaran terprogram (program teaching) atau bisa dalam bentuk nontercetak seperti dalam bentuk video dan komputer. b. Pengemasan materi pelajaran melalui modul Seperti halnya materi pelajaran terprogram, pengemasan materi pelajaran modul merupakan bentuk pengemasan materi pelajaran individual. Modul adalah salah satu kesatuan program yang lengkap, sehingga dapat dipelajari oleh siswa secara individual. Dalam sebuah modul minimal berisi tentang: a. Tujuan yang harus dicapai, yang biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur. b. petunjuk penggunaan, yakni petunjuk bagaimana seharusnya siswa mempelajari modul. c. Kegiatan belajar, berisi tentang materi yang harus dipelajari oleh siswa. d. Rangkuman materi, yakni garis-garis beras materi pelajaran. e. Tugas dan latihan. f. Sumber bacaan, yakni buku-buku bacaan yang harus dipelajari untuk memperdalam dan memperkaya wawasan. g. Item-item tes, yakni soal-soal yang harus dijawab untuk melihat keberhasilan siswa dalam penguasaan materi pelajaran. h. Kriteria keberhasilan, yakni rambu-rambu keberhasilan siswa dalam mempelajari modul. i. Kuci jawaban. c. Pengemasan materi pelajaran kompilasi Kompilasi adalah bahan belajar yang disusun dengan mengambil bagian-bagian yang di anggap perlu dari berbagai sumber belajar dan menggabungkan menjadi satu kesatuan untuk dipelajari siswa. Sumber belajar yang menjadi bahan kompilasi biasanya berasal dari buku-buku teks, yang dianggap langka sehingga sulit didapatkan oleh para siswa. Agar materi pelajaran dapat disajikan secara sistematis, maka penyusunannya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Tentukan tujuan yang harus dicapai oleh pengemasan materi pelajaran melalui sistem kompilasi. b. Kemukakan secara ringkas tentang bahan-bahan yang dikompilasikan. c. Jelaskan petunjuk-petunjuk dalam mempelajari bahan kompilasi. d. Buatlah alat tes untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mempelajari kompilasi. e. Antara satu bahan yang diambil dari satu sumber dan sumber lainnya, diberi penyekat. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kata materi ini sering kali kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diungkapkan bahwa materi diartikan ke dalam dua hal, antara lain sebagai berikut: (a) materi diartikan sebagai benda atau bahan atau segala sesuatu yang dapat dilihat oleh mata dan dapat disentuh; (b) materi diartikan sebagai sesuatu yang menjadi bahan untuk dipikirkan, dibicarakan, dikarang, dan diuji. Pada dasarnya materi pembelajaran diklasifikasikan ke dalam enam tingkatan, antara lain: a. Konsep. b. Fakta. c. Prosedur d. Prinsip. e. Nilai. f. Keterampilan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sumber diartikan sebagai tempat keluar dan asal sesuatu. Jadi, sumber materi pembelajaran dapatlah diartikan sebagai asal bahan yang dipikirkan, dibicarakan, dibahas, dan diujikan dalam kegiatan belajar peserta didik. Langkah selanjutnya dalam merancang materi pembelajaran adalah guru mengorganisasikan materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai. Materi pembelajaran pada hakikatnya adalah pesan-pesan yang ingin kita sampaikan pada anak didik untuk dikuasai. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan baik berupa ide, data/fakta, konsep dan lain sebagainya, yang dapat berupa kalimat, tulisan, gambar, peta, ataupun tanda. Materi pelajaran yakni, berbagai informasi yang harus dipahami siswa dapat dikemas dalam berbagai bentuk. B. Saran Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, diantaranya adalah kurangnya referensi yang relevan dan pembahasan yang kurang mendetail. Untuk itu, penulis menyarankan bagi pembaca untuk memahami adanya kekurangan tersebut. Lampiran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah/Madrasah : MAN 1 PAMEKASAN Mata pelajaran : FIKIH XII (WAJIB) Kelas/Semester : XII/ 1 Standar Kompetensi : Mengetahui Islam Tentang Pemerintahan (khilafah) Kompetensi Dasar : Menjelaskan tentang Pemerintahan khilafah Alokasi Waktu : 2 X 45 menit (1 pertemuan) Tujuan Pembelajaran : • Siswa dapat memiliki perilaku jujur, disiplin dan tanggungjawab sebagai implementasi dari dari pemahaman tentang khilafah Karakter Siswa yang diharapkan : • Jujur • Disiplin • Tanggung jawab • Dapat dipercaya • Berani • Peduli • Mempunyai jiwa kepemimpinan Materi Pembelajaran : • Ketentuan Islam tentang pemerintahan khilafah Metode Pembelajaran : • Ceramah • Tanya jawab • CTL Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran : Kegiatan Pendahuluan • Guru mengucapkan salam serta mengajak semua siswa untuk memulai pembelajaran dengan do’a bersama • Guru memeriksa kehadiran siswa • Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah • Guru menyampaikan sistem, kriteria dan aspek penilaian Kegiatan Inti 1. Mengamati • Mengamati gambar atau video tentang foto dan film sesuai materiketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah) • Mengamati berbagai kejadian yang berkaitan dengan materi ketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah) • Mendengar, melihat, dan menyimpulkan berbagai kejadian yang berkaitan dengan materi ketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah) 2. Menanya • Memotivasi peserta didik untuk menyusun pertanyaan baik lisan maupun tulisan tentang hal/ peristiwa yang berhubungan denganmateri ketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah) • Merangsang peserta didik untuk menyusun pertanyaan baik lisan maupun tulisan tentang hal/ peristiwa dengan menyaksikan/ mengamati tayangan video, gambar dan keadaan sekitar yang berhubungan denganmateri ketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah) 3. Mengumpulkan informasi/mencoba/ mengeksplorasi • Menggali informasi dengan membaca teks, menyimak keterangan terkait materiketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah) • Mengumpulkan data tentang terkait materiketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah)dengan melakukan diskusi kelompok • Menemukan latar belakang, pola, pengaruh pemikiran tentang materiketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah) 4. Menalar/mengasosiasi • Melakukan analisis materiketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah) • Membandingkan konsep, teori dan temuan ilmiah • Menghubungkan teori dengan keadaan senyatanya dalam kehidupan (kontekstual) terhadap materiketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah) • Menyimpulkan materiketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah) 5. Mengomunikasikan • Mempresentasikan berbagai hal yang berkaitan dengan materiketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah) berdasarkan hasil temuannya di lapangan • Menyampaikan hasil temuan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan materiketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah) • Meminta guru dan teman sekelas untuk menyikapi, menilai dan membandingkan hasil kerja Kegiatan Penutup • Guru memberikan penguatan materi • Guru menyampaikan tugas yang dibawa pulang oleh peserta didik • Guru bersama-sama pesert didik membaca doa penutup majlis dan salam Sumber Belajar : • Media/alat (LCD Projector) • Sumber Belajar (Buku Guru Fikih MA XII wajib) Penilaian : Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen Soal • Meyakini pentingnya menentukan pemimpin • Bersikap jujur dalam memilih pemimpin • Menjelaskan pengertian pemerintahan khilafah dalam Islam • Melakukan simulasi pemilihan pemimpin menurut ketentuan Islam Penugasan Tugas rumah • Menjelaskan tentang pemerintahan masa khilafah • Sebutkan dalil-dalil sebagai dasar pemerintahan khilafah dalam Islam • Bagaimana pola penunjukan pemimpin Islam Pamekasan, 6 oktober 2017 Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mapel Fikih Drs. H. Mohammad Syarif Moh. Hasan, S.Ag NIP. 196608152003121002 NIP. 196608152003121002

Saturday 13 October 2018

Media Pembelajaran

BAB I MEDIA PEMBELAJARAN A. Pengertian Media Pembelajaran Media secara bahasa adalah perantara atau pengantar sedangkan pembelajaran adalah usaha guru untuk menjadikan pebelajar melakaukan kegiatan belajar. Menurut islilah media pembelajaran adalah segala sesuatu atau alat yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik atau pebelajar. Melihat dari pengetian diatas maka dapat disimpulkan beberapa manfaat dari media pembelajaran, yaitu: 1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan 2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas,menarik dan lebih interaktif 3. Proses pembelajaran menjadi efisien waktu dan tenaga. 4. Meningkatkn kualitas hasil belajar peerta didik 5. Memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja 6. Menumbuhkan sikap positif pebelajar terhadap materi 7. Mengubah peran guru lebih positif dan produktif B. Sumber Belajar Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Dalam pradigma pendidikan konvensional guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar, namun sekarang dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi guru memiliki fungsi yang lebih luas yaitu sebagai penyedia fasilitas belajar agar pebelajar mau belajar (fasilitator) C. Jenis-Jenis Sumber Belajar Ada 6 jenis sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran, di antaranya: 1. Pesan (Message) 2. Orang (People) 3. Bahan (Matterials) 4. Alatn (Device) 5. Teknik 6. Latar (Setting) BAB II PEMBAGIAN MEDIA PEMBELAJARAN Banyak cara diungkapakan untuk mengidentifikasi media serta mengklarifikasikan karakteristik fisik,sifat,kompleksitas, ataupun klasifikasi menurut kontrol pada pemakai. Namun demikan secara umum media bercirikan tiga unsure pokok, yaitu suara,visual dan gerak A. Media Visual Media visual dalam pembelajaran adalah suatu alat yang digunakan untuk belajar mengajar yang dapat dinikmati dengan penglihatan. Media ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu 1. Media visual yang diproyeksikan 2. Media visual yang tidak diproyeksikan. B. Media Audio Media visual dalam pembelajaran adalah suatu alat yang digunakan untuk belajar mengajar yang dapat dinikmati dengan pendengaran. Secara fisik jenis media yang tergolong sebagai audio visual adalah kaset audio dan disk audio. Berapa contoh yang termasuk media audio adalah Radio dan alat perekam pita magnetik, jenis media ini berfungsi sebagai: 1. Pemusatan perhatian dan mempertahankan pemusatan perhatian 2. Melatih berbahasa 3. Melatih daya analisis pebelajar dari apa yang mereka dengar 4. Belajar jarak jauh C. Media Audio visual Dari segi nama dapat di simpukan bahwa media ini merupakan media gabungan antara visual dan audio yang berarti media ini dapat dinikmati dengan cara di dengar dan di lihat. Berikut beberapa contoh dari media audio visual: a. Film atau disebut juiga gambar hidup b. Telivisi c. Video Cassette Recorder d. Multimedia e. Komputer Jenis-jenis media dikelompokkan sebagai berikut. No Jenis Media Media intruksional 1 Audio • Pita audio (rol atau kaset) • Piringan audio • Radio (rekaman suara) 2 Cetak • Buku teks terprogram • Buku pegangan • Buku tugas 3 Audio-Cetak • Buku latihan dilengkapi kaset • Gambar/poster (dilengkapi audio) 4 Proyek visual diam • Film bingkai (slide) • Film rangkai (berisi pesan verbal) 5 Proyek visual diam dengan audio • Film bingkai (slide) suara • Film rangkai suara 6 visual gerak • Film bisu dengan judul (caption) 7 visual gerak dengan audio • Film suara • Video/VCD/DVD 8 Benda • Benda nyata • Model tiruan 9 Komputer • CAI (Computer Assisted Instructional) • CMI (Computer Managed Instructional) BAB III PENGEMBANGAN, PERAN DAN PEMILIHAN MEIDA PEMBELAJARAN A. Prinsip Umum Pengembangan Dalam pengembangan pembelajaran diperlukan adanya beberapa konsep serta prisip-prnsip agar pembelajaran bisa di pahami dan di mengerti oleh pebelajar dalam proses pembelajaran, berikut beberapa pengembangan yang harus ada dalam media pembelajaran: 1. Kesederhanaan 2. Kesatuan 3. Penekanan 4. Keseimbangan B. Pembuatan Transparansi Dalam membuat transparansi banyak cara yang digunakan mulai dari yang sederhana sampai dengan cara yang rumit. Berikut beberapa cara pembuatan transparansi. 1. Langsung pada Transparansi (acatet), bahan dasarnya berupa transparan plastik tipis yang disebut acatet. 2. Transparansi dengan Reproduksi yaitu memperbanyak ganbar atau tulisan yang persis sama dengan menggunakan mesin foto copy dan termofax. C. Peranan Media Pembelajaran Kedudukan media dalam pembekajaran sangat penting, bahkan sejajar dengan metode pembelajaran, karena metode yang digunakan dalam proses pembelajaran biasanya akan menuntut media apa yang dapat diintegrasikan dan diadaptasikan dengan kondisi yang dihadapi. Berikut ini gambaran mengenai posisi media dalam suatu prose belajar mengajar. Terjadinya pengalaman belajar yang bermakna tidak terlepas dari peran media, secara umum media mempunyai peranan sebagai berikut: a. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran padasaat guru menyampaikan pelajaran. b. Alat untuk menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut oleh pebelajar dalam proses belajarnya. c. Sumber belajar bagi pebelajar. D. Pemilihan Media Minimal ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam memilih media yang pas untuk pengajaran, yaitu: 1. Memahami karakteristik setiap media 2. Sesuai dengantujuan yang hendak dicapai 3. Sesuai dengan meted pengajaran yang kita gunakan 4. Sesuai dengan materi yang kita komunikasikan 5. Sesuai dengan keadaan pebelajar 6. Sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan BAB IV PENGGUNAAN MEDIA BELAJAR A. Langkah-Langkah Penggunaan Media Pemilihan media sangatlah perlu agar dapat menentukan media yang terbaik,tepat, dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasaran didik. Untuk itu, pemilihan jenis media harus dilakukan dengan prosedur yang benar, karena begiitu banyak jenis media dengan berbagai kelebihan dan klemahan masing-masing. Penggunaan media harus dapat memperlakukan pebelajar secara aktif. Lebih baik menggunakan media yang sederhana yang dapat mengaktifkan seluruh pebelajar daripada media canggih namun justru membuat pebelajar kita terheran-heran pasif. Ada enam langkah yang bisa kita tempuh pada waktu mengajar dengan mempergunakan media. Langkah-langkah tersebut disebutkan sebagai berikut: 1. Merumuskan tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan media. 2. Persiapan guru 3. Persiapan kelas 4. Langkah penyajian materi ajar dan pemanfaatan media. 5. Langkah kegiatan belajar pebelajar 6. Lengkah evaluasi pebelajar. BAB V MEDIA PEMBELAJARAN DALAM ONLINE LEARNING DAN DISTANCE LEARNING A. Pengertia Online Learning Media pembelajaran dalam bentuk online learning sering disebut juga dengan electronic learning atau e-learning. Electronic Leaarning merupakan pembelajaran yang disajikan dengan menggunakan media computer dan media lain yang tetap berbasis computer. Ada 3 fungsi pembelajaran elektronik (e-learning) terhadap kegiatan belajar mengajar: 1. Suplemen bagi pebelajar atau pelengkap dalam menambah materi atau memahami materi bagi pebelejar. 2. Komplemen (pelengkap materi atau remedial bagi peserta didiik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional 3. Substitusi (pengganti ) Adapun kelebihan dari media e-learning dengan menggunakan jaringan internet adalah: a. Informasi yang disajikan real time b. Interaksi antara pendidik dengan peserta didik terjadi secara langsung walau tanpa tatap muka. c. Terdapat forum online antar pelajar d. Dapat diakses kapan saja dan dimana saja e. Penyampaian pengumuman,administrasi, jadwal dan pengumpulan tugas dapat dilakukan secara online. B. Pembelajara Distance Learning Distance Leraning merupakan metode pembelajaran jarak jauh antara pengajar dengan pelajar untuk memberikan kesempatan belajar tanpa dibatasi oleh kendala waktu,ruang dan tempat, serta keterbatasan sitem pendidikan tradisional. Dengan adanya distance learning siswa dapat belajar di rumah, mengerjakan soal-soal latihan seperti yang tejadi pada metode pembelajara tradisional. Interaksi antara pengajar dan pelajar masih tetap berlangsung dengan media yang memungkinkan interaksi tersebut terjadi.

Metode Dakwah

KATA PENGANTAR Assalamualaikum.wr.wb. Puji syukur kita panjatkan kepada sang Khaliq atas segala penciptaan alam semesta ini yang patut kita syukuri. Karena tanpa rahmat-Nya bagi semua insan di dunia ini,sehingga dapat merasakan hembusan nafas untuk melaksanakan segala perintah-Nya. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi akhir zaman yang dapat memberikan syafa’at terhadap ummatnya. Nabi yang berketeladanan yang bisa menjadi publik figur bagi para nafs yang hidup di dunia ini. Makalah ini kami persembahkan sebagai wujud komitmen kami dalam mewujudkan kualitas dunia pendidikan serta melahirkan mahasiswa yang berkepribadian baik dan berakhlak mulia. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen atas bimbingan serta ilmu yang beliau berikan kepada kami. Dan kami ucapkan juga banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan dukungannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Apabila ada kesalahan serta kekurangan pada makalah ini kami mohon maaf. Semoga makalah ini dapat bermanfaat serta dapat menambah wawasan kita semua. Amien... Wassalamu’alaikum.wr.wb Pamekasan,13 Maret 2017 Penyusun Daftar Isi KATA PENGANTAR 1 BAB I 3 PENDAHULUAN 3 A. Latar Belakang Masalah 3 B. Pembatasan Masalah 3 C. Rumusan Masalah 4 D. Tujuan Penulisan 4 BAB II 5 PEMBAHASAN 5 A. Metode Dakwah 5 B. Fungsi Dakwah 6 C. Pengembangan Metode Dakwah 7 BAB III 12 PENUTUP 12 Kesimpulan 12 DAFTAR PUSTAKA 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam tugas penyampaian dakwah Islamiyah, seorang da’i sebagai subjek dakwah memerlukan seperangkat pengetahuan dan kecakapan dalam bidang metode. Dengan mengetahui metode dakwah, penyampaian dakwah dapat mengenai sasaran, dan dakwah dapat diterima oleh ma’u dengan mudah karena penggunaan metode yang tepat sasaran. Seorang da’i dalam menentukan metode dakwahnya sangat memerlukan pengetahuan dan kecakapan di bidang metodologi. Selain itu, pola berpikir dengan pendekatan sistem (approach system), dimana dakwah merupakan suatu sistem, dan metodologi merupakan salah satu dimensinya, maka metodologi mempunyai peranan dan kedudukan yang sejajar dan sederajat dengan unsur-unsur lainnya seperti tujuan dakwah, objek dakwah, subjek dakwah maupun kelengkapan dakwah lainnya. Dengan menguasai metode dakwah, maka pesan-pesan dakwah yang disampaikan seorang da’i kepada mad’u sebagai penerima atau objek dakwah akan mudah dicerna dan diterima dengan baik. Mengacu pada ulasan di atas maka penulis berproses kreatif untuk menulis makalah yang berjudul “Fungsi Metode Dakwah dalam Pengembangan Dakwah”. B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah ini dimaksudkan agar karya penulis tidak terlalu luas pembahasannya sehingga penjelasan penulis tidak terlalu mendalam. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan membahas tentang prinsip metode dakwah berdasarkan al-Qur’an dan hadits. C. Rumusan Masalah Dalam penyusunan makalah ini pokok permasalahan yang akan dirumuskan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Apa saja metode dakwah? 2. Apa fungsi dakwah? 3. Apa saja metode pengembangan dakwah? D. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui metode dakwah dakwah 2. Mengetahui fungsi dakwah 3. Mengetahui metode pengembangan dakwah BAB II PEMBAHASAN A. Metode Dakwah Secara etimologi, metode berasal dari Bahasa Yunani metodos yang artinya cara atau jalan. Jadi, metode dakwah adalah jalan atau cara untuk mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dalam rangka dakwah Islamiyah agar massyarakat dapat menerima dakwah dengan lapang dada, tulus, dan ikhlas maka penyampaian dakwah harus melihat situasi dan kondisi masyarakat objek dakwah. Kalau tidak, maka dakwah tidak dapat berhasil dan tidak tepat guna. Di sini diperlukan metode yang efektif dan efisien untuk diterapkan dalam tugas dakwah. Dakwah memiliki cakupan luas, sebab jika mengacu pada tradisi Rasulullah, seluruh segi kehidupan yang ditempunya adalah cakupan dakwah. Dakwah merupakan aktualisasi iman yang mengambil bentuk berupa suatu sistem kegiatan manusia dalam bidang kemasyarakatan, yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, cara berpikir, dan bersikap secara Islami, baik hiasan maupun perbuatan. Dakwah adalah sentuhan-sentuhan psikologis dan sosiologis dengan realitas yang ada, sehingga dakwah mampu memberi dasar filosofi, arah, dorongan, dan pedoman perubahan masyarakat sampai terwujudnya masyarakat yang Islami, yakni berupa individu-individu yang memahami dan melaksanakan agama, keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah, masyarakat yang martabat, serta ujungnya adalah negara yang thayyibah. Landasan umum mengenai metode dakwah adalah al-Qur’an Surah An-Nahl ayat 125, yaitu: ادْعُ اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحَكْمَةِ وَ الْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بالَّتِى هِيَ اَحْسَنُ , اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِه وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ. Artinya: “Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik,dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” B. Fungsi Dakwah Islam adalah ajaran Allah SWT yang sempurna dan diturunkan untuk mengatur kehidupan individu dan masyarakat. Akan tetapi, kesempurnaan ajaran Islam hanya merupakan ide dan angan-angan saja jika ajaran yang baik itu tidak disampaikan kepada manusia. Lebih-lebih ajaran tersebut tidak diamalkan dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, dakwah merupakan aktifitas yang sangat penting untuk menyampaikan ajaran Islam sehingga Islam dapat diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi berikutnya dalam kehidupan. sebaliknya, tanpa dakwah terputuslah generasi manusia yang mengamalkan Islam dan selanjutnya Islam akan lenyap dari permukaan bumi. Oleh karena itu, dakwah sangat penting dan dapat diuraikan beberapa fungsi dakwah sebagai berikut: 1. Dakwah berfungsi untuk menyebarkan Islam kepada manusia sebagai individu dan masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin bagi seluruh makhluk Allah SWT. Tertera dalam QS. Al-Anbiya: 108; قل إنما يوحى إلي أنما إلهكم إله واحد فهل انتم مسلمون Artinya : Katakanlah : “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: “Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)”. 2. Dakwah berfungsi melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi ke generasi kaum muslimin berikutnya sehingga kelangsungan ajaran Islam beserta pemeluknya dari generasi ke generasi berikutnya tidak terputus. Dimana sejarah membuktikan bahwa makin lama, nilai-nilai dan ukuran moral semakin menghilang dari kehidupan bangsa, meskipun segala usaha telah dikerahkan, baik oleh para reformer maupun oleh para pemimpin. Segala cara telah ditempuh, namun berakhir dengan kegagalan. Gejala demikian dalam kenyataannya merupakan bukti bahwa kebudayaan ateis telah membenamkan bahtera kemanusiaanejala demikian dalam kenyataannya merupakan bukti bahwa kebudayaan ateis telah membenamkan bahtera kemanusiaan ke dalam lumpur yang menyesatkan perjalanannya. Tiada penyelesaian terhadap krisis demikian kecuali, dengan kembali pada kebesaran Allah, dan mengakui serta meyakini akan pentingnya bagi kehidupan. menurut Waheeduddin Khan, inilah satu-satunya landasan yang bisa menolong untuk menggerakkan kehidupan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, dan bukan landasan lain. 3. Dakwah berfungsi korektif artinya meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah kemungkaran dan mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani. Imanlah unsur satu-satunya yang mampu mengubah jiwa-jiwa secara sempurna dan membentuk manusia yang Imanlah unsur satu-satunya yang mampu mengubah jiwa-jiwa secara sempurna dan membentuk manusia yang berakhlak lurus serta menjauhkan manusia dari kegelapan. Oleh sebab itu, berdakwah dalam rangka menanamkan keimananleh sebab itu, berdakwah dalam rangka menanamkan keimananlah sebab itu, berdakwah dalam rangka menanamkan rasa keimanan dalam konsep Islam sama halnya dengan mengkomunikasikan iman sendiri kepada orang lain sehingga mereka menjadi manusia yang muslim dan mukmin. C. Pengembangan Metode Dakwah Dakwah bisa dilakukan dengan bebagai cara, selama cara-cara yang dilakukan itu baik dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Secara umum, menurut Dindin Solahudin, dkk, ada beberapa cara dakwah yang bisa dipraktikkan para da’i, terutama para muballigh, yakni: 1. Metode mengemukakan kisah (narative method) 2. Metode nasihat panutan (advision method) 3. Metode pembiasaan (tradition method) Apabila ditinjau dari sudut pandang yang lain,metode dakwah dapat dilakukan pada berbagai metode yang lazim dilakukan dalam pelaksanaan dakwah. Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut: 1. Metode Ceramah Metode ceramah adalah metode yang dilakukuan dengan maksud untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian, dan penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan menggunakan lisan. 2. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana ingatanatau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai materi dakwah, disamping itu, juga untuk merangsang perhatian penerima dakwah. 3. Metode Diskusi Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran (gagasan, pendapat, dan sebagainya) antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu yang dilaksanakan dengan teratur dan bertujuan untuk memperoleh kebenaran. 4. Metode Propaganda (Di’ayah) Metode propagana adalah suatu upaya untuk menyiarkan Islam dengan cara mempengaruhidan membujuk massa secara massal, persuasuif, dan bersifat otoritatif. 5. Metode Keteladanan Dakwah dengan menggunkana metode keteladanan atau demonstrasi berarti suatu cara penyajian dakwah dengan memberikan keteladanan langsung sehingga mad’u akan tertarik untuk mengikuti kepada apa yang dicontohkannya. 6. Metode Drama Dakwah dengan menggunakan metode drama adalah suatu cara menjajakan materi dakwah dengan mempertunjukkan dan mempertontonkan kepada mad’u agar dakwah dapat tercapai sesuai yang ditargetkan. 7. Metode Silaturrahim (Home Visit) Dakwah dengan menggunakan metode home visit atau silaturrahim yaitu dakwah yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan kepada suatu objek tertentu dalam rangka menyampaikan isi dakwah kepada penerima dakwah. Sedangkan yang dimaksud dengan pengembangan metode dakwah adalah pengembangan yang terarah dan bermetodik artinya menggunakan metode penelitian ilmiah yang sudah ada, karena pengembangan ilmu hanya dapat dilakukan dengan penelitian baik melalui library research (riset kepustakaaan), maupun field research (riset lapangan/empiris). Ilmu komunikasi adalah suatu ilmu yang baru saja dikenal dalam peradaban manusia, walaupun manusia telah melakukannya sejak mereka mendiami bola bumi ini. Komunikasi agama(dakwah) telah dilakukan oleh para Rasul Allah. Didalam Al-Qur’an ditemukan cerita dakwah mereka, dan kisah mereka telah dibukukan dalam kitab qisash ‘lal anbiya. Jadi dakwah pun sudah berusia lama. Adapun dakwah islamiyah yang di dakwahkan oleh Nabi Muhammad SAW dilakukan sejak beliau diangkat menjadi Rasul. Komunikasi agama (dakwah) masa sekarang kiranya dapat dikembangkan melalui pengkajian dari dua sisi: (1) bagaimana kepercayaan agama, norma, nilai, dan kebajikannya berada di dalam pesan dakwah dan (2) Pengkajian terhadap alternatif dan sarana bagi penyampaian pesan dakwah itu kepada manusia, baik yang bermuatan kepercayaan, norma, nilai, mauppun kebajikan. Secara umum metode penyelidikan ilmiah dalam buku “filsafat ilmu pengetahuan” disebutkan dua metode yaitu: 1) Metode siklus empirik, yaitu cara-cara penanganan sesuatu objek ilmiah tertentu yang dialakukan dalam ruang-ruang tetutup, seperti dalam laboratorium-laboratorium, dalam kamar-kamar kerja ilmiah, dalam studio-studio ilmiah dan sebagainya. 2) Metode Linier, yaitu cara-cara penanganan sesuatu objek ilmiah tertentu yang terdapat dan dilakukan di alam terbuka, khususnya yang menyangkut perikehidupan atau tingkah laku manusia. Dakwah adalah sesuatu suatu kegiatan penyampaian ajaran islam dari seseorang kapada orang lain yang berarti termasuk tingkah laku manusia sebagaimana yang diselidiki dengan metode linear diatas. Aktifitas dakwah seperti ini telah ada sejak berabad-abad yang lampau sampai sekarang. Sejak diturunkanya rosulullah dipermukaan bumi ini dakwah telah dilaksanakan dan itu berlangsung sampai sekarang dengan berbagai variasinya. Dengan kenyataan diatas maka jika suatu penyelidikan mengenai dakwah dengan sekat problemmatikanya menajdi suatu ilmu pengetahuan tentang dakwah atau dengan maksud mengembangkan ilmu tersebut maka penyelidikannya dapat dilakukan secara historis maupun secara empiris. 1. Penyelidikan Historis Drs. S. Imam Asy’ari mengatakan bahwa metode sejarah (historika) itu adalah menganalisis kedudukan keadaan yang terdapat sekali berlalu dengan menyatakan kausalitas atau sebab-akibatnya. Meneliti peristiwa-peristiwa, proses-proses dan lembaga-lembaga peradaban manusia masa silam dengan tujuan untuk mendapatkan untuk gambaran yang tepat tentang kehidupan manusia waktu itu. Bentuk-bentuk sosial sekarang, kebiasaan-kebiasaan atau cara hidup kita mempunyai akar-akarnya di masa lalu, karena itu dasar cita tersebut dapat diterangkan dengan paling baik melacaknya kembali dari sumber-sumbernya. Yang menjadi sorotan utama adalah dalam penyelidikan historis dakwah ini adalah bentuk-bentuk dakwah yang telah dilaksanakan pada masa lampau terutama dakwah pada masa-masa Rasulullah, dakwah pada masa khulafaurrosyidin serta dakwah pada masa berikutnya baik di masa kejayaan islam maupun kemerosotannya. Dakwah islam yang ada sekarang ini mempunyai kaitan yang erat dengan dakwah islam pada masa-masa silam tersebut. 2. Penyelidikan empiris Penelitian empiris ini ditujukan kepada segala bentuk aktifitas dakwah islam yang dilaksanakan pada saat ini dengan segala problematikanya. Data-data yang lengkap mengenai dakwah yang telah dipeorleh baik secara historis maupun secara empiris kemudian dianalisis sehingga menelorkan beberapa teori tentang dakwah yang dikembangkan lebih lanjut dalam ilmu dakwah. Segi-segi dakwah yang disoroti dalam penelitian ini adalah mengenai unsur-unsur yang mesti ada dalam setiap pelaksanakan dakwah yaitu mengenai subjek dakwah (da`i), penerima dakwah, isi dakwah, media dakwah, serta pengaruh yang ditimbulkanya terhadap sikap dan tingkah laku keagamaan individu dan masyarakat yang menerimanya (internalisasi nilai-nilai agama).penelitian secara historis dan empiris mengenai dakwah dengan unsur-unsurnya diatas sudah barang tentu memerlukan ilmu bantu antara lain penelitian,(metodologi riset) dan untuk mempermudah dan mempertajam analisisnya dapat dipakai ilmu sosial yang lain seperti sosiologi, antropologi, psikologi dan sebagainya yang disesuaikan dengan permasaalahan yang dikaji. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dakwah berfungsi untuk menyebarkan Islam kepada manusia sebagai individu dan masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin bagi seluruh makhluk Allah SWT. Dakwah juga berfungsi melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi ke generasi kaum muslimin berikutnya sehingga kelangsungan ajaran Islam beserta pemeluknya dari generasi ke generasi berikutnya tidak terputus. Pengembangan metode dakwah adalah pengembangan yang terarah dan bermetodik artinya menggunakan metode penelitian ilmiah yang sudah ada, karena pengembangan ilmu hanya dapat dilakukan dengan penelitian baik melalui library research (riset kepustakaaan), maupun field research (riset lapangan/empiris). Ilmu komunikasi adalah suatu ilmu yang baru saja dikenal dalam peradaban manusia, walaupun manusia telah melakukannya sejak mereka mendiami bola bumi ini. Komunikasi agama(dakwah) telah dilakukan oleh para Rasul Allah. Didalam Al-Qur’an ditemukan cerita dakwah mereka, dan kisah mereka telah dibukukan dalam kitab qisash ‘lal anbiya. Jadi dakwah pun sudah berusia lama. Adapun dakwah islamiyah yang di dakwahkan oleh Nabi Muhammad SAW dilakukan sejak beliau diangkat menjadi Rasul. Dengan kenyataan diatas maka jika suatu penyelidikan mengenai dakwah dengan sekat problemmatikanya menajdi suatu ilmu pengetahuan tentang dakwah atau dengan maksud mengembangkan ilmu tersebut maka penyelidikannya dapat dilakukan secara historis maupun secara empiris.

Metode Dakwah

Daftar Isi KATA PENGANTAR 1 BAB I 3 PENDAHULUAN 3 A. Latar Belakang Masalah 3 B. Pembatasan Masalah 3 C. Rumusan Masalah 4 D. Tujuan Penulis...